Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Februari 2011

TOLERANSI BERAGAMA PADA DAERAH KAUMAN KOTA MALANG

TOLERANSI BERAGAMA PADA DAERAH KAUMAN KOTA MALANG

Rendy Wahyu Satriyo Putro

Abstrak: Toleransi beragama merupakan sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok agama yang menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kauman yang merupakan tempat di mana masyarakat Muslim banyak tinggal yang biasanya terletak di barat Alun-alun. Di Kauman Kota Malang, Toleransi ditunjukkan oleh adanya tempat ibadah yang saling berdampingan, yaitu Masjid Jami’ Kota Malang dan Gereja yang bernama GPIB Immanuel Kota Malang.

Kata Kunci: Toleransi, Agama, Daerah Kauman, Kota Malang.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sekali ragam budaya dan juga memiliki beragam agama yang diakui oleh pemerintah. Ada pemeluk agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha, dan orang yang memeluk agama tersebut disebut pemeluk agama. Selain itu juga pemerintah juga mengakui aliran keyakinan atau aliran kepercayaan yang meupakan sebuah tradisi beragama dari masyarakat yang ada di Indonesia yang pada setiap tempat atau daerah memiliki aliran keyakinan atau aliran kepercayaan sendiri-sendiri yang jelas berbeda-beda. Mereka yang menganut aliran keyakinan atau aliran kepercayaan disebut sebagai penganut aliran keyakinan atau penganut aliran kepercayaan.

Pada pemeluk agama maupun penganut suatu aliran kepercayaan atau penganut aliran keyakinan memiliki adat tradisi maupun tata upacara keagamaan ataupun tata upacara ritual yang mereka yakini dan percayai. Pelaksanaanya pun berbeda-beda, dan hal ini merupakan keunikan dalam kehidupan beragama dan berkeyakinan. Namun, walaupun banyak sekali perbedaan beragama dan aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, pada umumnya hal tersebut hanya merupakan cara atau tradisi keagamaan atau tradisi kepercayaannya saja yang berbeda. Pada dasarnya semua agama maupun aliran keyakinan atau aliran kepercayaan intinya bertujuan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Negara Indonesia adalah negara yang berketuhanan, dapat kita lihat dari dasar negara Indonesia dengan Ideologi Pancasila, yang pada sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan meilhat sila pertama pada Pancasila tersebut, kita dapat mengetahui bahwa negara kita adalah negara yang beragama yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun dari berbagai agama dan aliran kepercayaan di Indonesia menyebut Tuhan Yang Maha Esa dengan nama yang berbeda-beda, namun pada dasarnya hal itu hanyalah penyebutan nama saja yang berbeda. Pada hakekatnya adalah tujuan yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Toleransi beragama merupakan sesuatu yang seharusnya dijaga dengan baik di Indonesia. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiki berbagai suku, adat, tradisi, budaya, dan lain sebagainya yang merupakan sebuah keberagaman yang disatukan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan wadah pemersatu Bangsa Indonesia.

Di berbagai kota-kota atau di berbagai daerah-daerah di Indonesia juga memiliki berbagai kampung atau suatu daerah yang meruapakan tempat tinggal berkumpulnya suatu komunitas tertentu. Misalnya ada Kampung Pecinan, Kampung Pakojan (yang dahulu merupakan Kampung India yang sekarang menjadi Kampung Arab), Kampung Madura, serta kampung-kampung lain di kota-kota di Indonesia. Ada juga daerah yang dinamakan Kauman yang biasanya terletak di daerah Masjid Agung di sebuah kota.

Di Kota Malang juga memiliki Kauman yang merupakan sebuah Kelurahan bagian dari Kecamatan Klojen di Kota Malang. Dapat kita lihat bahwa, tata kota di kota Malang merupakan suatu tata kota yang unik. Di daerah Kauman Kauman Kota Malang tersebut dalam suatu jalan terdapat tempat ibadah yang berdekatan, hal tersebut merupakan salah satu bukti adanya. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas tentang Kauman, Keunikan Kauman di Kota Malang, Toleransi Beragama Di Kota Malang Yang Terlihat Dari Daerah Kauman.

PEMBAHASAN

Kauman

Kauman merupakan nama beberapa daerah tertentu di Tanah Jawa, di mana masyarakat Muslim banyak tinggal. Daerah Kauman biasanya terletak di barat alun-alun, dan dapat ditandai dengan adanya masjid di daerah tersebut. Nama ini diduga berasal dari kata "kaum imam" (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010). Kampung Kauman pada zaman kerajaan merupakan tempat bagi 9 ketib atau penghulu yang ditugaskan Kraton untuk membawahi urusan agama. Sejak ratusan tahun lampau, kampung ini memiliki peran besar dalam gerakan keagamaan Islam (Yunanto Wiji Utomo, 2006). Di kota-kota di Indonesia, biasanya nama Kauman terdapat di daerah pusat kota yang berada di selatan Masjid Agung atau Masjid Jami’ Kota.

Tata Kota di Jawa, para penguasa kebanyakan meniru cara Sunan Kalijaga dalam pembangunan Tata Kota. Teknik bangunan Kabupten atau Kota Praja biasanya terdiri dari Istana atau Kabupaten, Alun-alun, satu atau dua pohon beringin, masjid. Letaknya juga sangat teratur, bukan sembarangan. Alun-alun yang berasal dari kata “Allaun” yang berarti banyak macam atau warna, menunjukkan tempat bersama ratanya segenap rakyat dan penguasa di pusat kota. Alun-alun yang biasanya berbentuk segi empat dimaksudkan agar dalam menjalankan ibadah seseorang harus berpedoman lengkap, yaitu syariat, hakikat, tariqat, ma’rifat. Untuk itu disediakan Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah (MB. Rahimsyah A.R, 2002). Daerah Masjid ataupun daerah di barat Alun-alun biasanya dinamakan dengan nama Kauman, yang merupakan daerah tempat tinggal kaum-kaum Muslim.

Keunikan Kauman Di Kota Malang

Kauman merupakan salah satu kelurahan di Kota Malang yang berada di Kecamatan Klojen. Letaknya di pusat Kota Malang yang memiliki berbagai tempat-tempat bersejarah di Kota Malang. Jika di kota-kota lain memiliki Masjid Agung atau Masjid Jami’ pada Kelurahan Kauman, Kota Malang juga mempunyainya, namun juga di Kauman Kota Malang juga memiliki Gereja yang berada di dekat Masjid Jami’ Kota Malang. Hal tersebut merupakan hal yang menarik untuk dikaji, dan sangat berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, serta merupakan daya tarik bagi wisatawan maupun orang-orang yang yang tertarik dengan seni tata kota maupun budaya.

Kota Malang banyak sekali daya tariknya. Salah satunya adalah “Masjid Jami’” dan di sebelah kirinya ada sebuah gereja, yaitu “Gereja Emanuel”. Di samping itu di dalam Gereja Emanuel terdapat peninggalan sejarah dari Negara Belanda yaitu “piano”. Masjid Jami’ terletak di tengah-tengah kota, begitu juga Gereja Emanuel (Blog SDN Kauman 1 Kota Malang, 2010). Masjid Jami’ dan Gereja Emanuel berada pada satu jalan yang sama, yaitu jalam Merdeka Barat Kota Malang.

Gambar 1. Masjid Jami’ Kota Malang.

Sumber: http://www.malangkota.go.id/album/?alb=17.

Masjid Agung Jami’ Malang didirikan pada tahun 1890 M di atas tanah Goepernemen atau tanah negara sekitar 3.000 m2. Menurut prasasti yang ada, Masjid Agung Jami’ dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun tahun 1890 M, kemudian tahap kedua dimulai pada 15 Maret 1903, dan selesai pada 13 September 1903. Bangunan masjid ini berbentuk bujursangkar berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua, dan sampai saat ini bangunan asli itu masih dipertahankan keberadaannya (Mahmudi, 2009).

Di samping masjid berdiri pula Gereja GPIB Immanuel. Ini adalah gereja Protestan kuno yang pertama kali didirikan tahun 1861, kemudian dibongkar dan dibangun kembali seperti bentuknya sekarang pada tahun 1912 (Suryo S. Negoro, 2010).

Gambar 2. Gereja GPIB Immanuel Kota Malang.

Sumber: http://www.malangkota.go.id/album/?alb=18.

Hal tersebut merupakan pemandangan yang unik dan indah, yang juga dapat dijadikan sebagai teladan kehidupan beragama yang baik di Indonesia. Saling menghargai dan menghormati dalam menjalankan ibadah, dapat menjadikan suasana yang nyaman dan tenteram.

Toleransi Beragama Di Kota Malang Yang Terlihat Dari Daerah Kauman

Gambar 3. Masjid Jami’ Kota Malang dan Gereja Immanuel Kota Malang berdampingan dalam satu jalan raya.

Sumber: http://www.gpib.org/jemaat/immanuel-malang.

Toleransi yang dalam bahasa Arab disebut al-tasamuh sesungguhnya merupakan salah satu jalan alternatif menuju perdamaian dan ia termasuk ajaran inti agama, khususnya dalam Islam. Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain seperti kasih (rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (mashlahah ’ammah), keadilan (’adl) (Choirul Mahfud, 2007).

Toleransi beragama berbeda dengan Pluralisme beragama, karena toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling menghargai dalam kehidupan beragama. Sedangkan Pluralime beragama adalah sebuah paham yang menganggap semua agama adalah sama, atau relatif, padahal setiap pemeluk agama memiliki keyakinan masing-masing yang berbeda dan tidak bisa disamakan atau relatif, karena keyakinan berasal dari hati, tidak dapat ditunjukkan atau dilihat oleh mata.

Prularisme Agama (Religious Pluralisme) adalah istilah khusus dalam kajian agama-agama. Sebagai ‘terminologi khusus’, istilah ini tidak dapat dimaknai sembarangan, misalnya disamakan dengan makna istilah ‘toleransi’, ‘saling menghormati’ (mutual respect), dan sebagainya. Sebagai satu paham (isme), yang membahas cara pandang terhadap agama-agama yang ada, istilah ‘Pluralisme Agama’ telah menjadi pembahasan panjang di kalangan para ilmuan dalam studi-studi agama-agama (religious studies). Dan memang, meskipun ada sejumlah definisi yang bersifat sosiologis, tetapi yang menjadi perhatian utama para peneliti dan tokoh-tokoh agama adalah definisi Pluralisme yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi ‘setara’, apapun jenis agama itu. Bahkan, sebagian pemeluk Pluralisme mendukung paham sinkritisme agama (Adian Husaini, 2010: 3).

Toleransi beragama di Kota Malang dapat kita lihat dengan gamblang pada kehidupan masyarakat Keluran Kauman, yang pada dasarnya Kauman adalah tempatnya para Kaum Muslim atau Ulama Muslim. Namun, di Kauman Kota Malang terdapat hal yang unik dan berbeda. Karena dalam satu jalan raya yang sama terdapat dua rumah ibadah yang saling berdekatan.

Masyarakat Malang sebagian besar adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan Budha. Umat beragama di Kota Malang terkenal rukun dan saling bekerja sama dalam memajukan Kotanya. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak jaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja (Alun2, Kayutangan dan Ijen) serta Klenteng di Kota Lama. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren dan Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara (Dinas Kominfo Pemerintah Kota Malang, 2007).

Kauman berasal dari kata “Kaum Imam”, yang juga merupakan daerah tempat tinggal kaum Muslim ataupun para Ulama Islam. Daerah Kauman yang notabenenya merupakan daerah tempat tinggal masyarakat Muslim di suatu kota yang biasanya juga terletak di pusat kota, namun berbeda dengan yang ada di Kota Malang. Pada Kelurahan Kauman Kota Malang, di barat Alun-alun yang biasanya terdapat sebuah Masjid Agung atau Masjid Jami’ namun juga terdapat sebuah gereja yang saling berdekatan dengan Masjid Jami’ Kota Malang, yaitu GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Immanuel yang hanya dibatasi oleh kantor Asuransi Jiwasraya.

Ada dua tempat ibadah yang berdampingan, ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Malang memiliki kerukunan beragama yang cukup baik. Selama ini tidak ada kabar-kabar mengenai “Diskriminasi Agama” di Kota Malang. Pernah beberapa tahun yang lalu, waktu bertepatan Hari Raya Idul Fitri, dan kebetulan tepatnya Hari Minggu. Di mana umat Kristiani di Gereja Emanuel mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi. Sedangkan umat Islam, mengadakan sholat id’ dan juga Hari Minggu pagi. Dengan waktu yang bersamaan, yang terjadi adalah umat Kristiani tidak melaksanakan kebaktian, karena depan gereja (jalan depan gereja) di pakai umat Islam Sholat id’. Di sini sangat terlihat betapa rasa toleransi, beragama masyarakat Kota Malang sangat baik.Gereja Emanuel memberikan rasa hormat kepada umat Islam yakni Masjid Jami’. Toleransi beragama sangat terlihat sekali pada peristiwa tersebut, yang merupakan bukti kerukunan umat beragama di Kota Malang, khususnya di Kelurahan Kauman. (Blog SDN Kauman 1 Kota Malang, 2010)

Tata Kota Islam yang sudah menjadi patokan, yaitu Alun-alun, Pusat Pemerintahan, Penjara, Pusat Kegiatan Rakyat (Pasar atau pusat perbelanjaan), Tempat Ibadah yang dalam hal ini Masjid yang biasanya berada pada daerah Kauman. Namun di Kota Malang, kita temui sesuatu yang berbeda dan unik, yaitu terdapat sebuah Gereja di Kauman yang bersebelahan dengan Masjid’ Jami’. Kemungkinan hal tersebut adalah upaya penyebaran agama Kristen Protestan dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang juga mengikuti Tata Kota Islam, namun juga menambahinya dengan sebuah Gereja dan tidak mengubah Tata Kotanya.

Namun, tidak pernah ada kabar berita tentang diskriminasi maupun konflik yang terjadi pada pemeluk agama Islam dan pemeluk agama Kristen Protestan yang terjadi pada tempat ibadah yang berdekatan tersebut. Pemeluk agama Islam yang menjalankan ibadah di Masjid Jami’ dengan tenang, dan pemeluk agama Kristen Protestan menjalankan ibadah di Gereja GPIB Immanuel dengan tenang pula, tidak ada halangan-halangan untuk menjalankan ibadah keagamaan masing-masing agama. Pemandangan seperti ini dapat kita jumpai karena adanya toleransi yang tinggi pada masing-masing pemeluk agama yang berbeda. Hal seperti inilah yang dapat kita jadikan teladan kerukunan umat beragama.

PENUTUP

Kauman yang dahulu merupakan daerah tempat tinggal kaum imam ataupun kaum Muslim ataupun para ulama Islam, namun seiring dengan perkembangan zaman, Kauman menjadi daerah yang ditempati berbagai pemeluk agama yang saling berdampingan secara harmonis dan menjunjung tinggi toleransi. Hal tersebut ditunjukkan di Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen Kota Malang dengan adanya Masjid Jami’ dan Gereja yang bernama GPIB Immanuel yang saling berdampingan dalam jalan raya yang sama. Sampai sekarang tidak pernah ada konflik-konflik yang terjadi karena hal tersebut. Dan diharapkan hubungan beragama yang harmonis seperti ini dapat dijaga dengan baik, serta selalu mengedepankan toleransi dalam hubungan kehidupan beragama. Dengan hal tersebut yang ditunjukkan oleh masyarakat beragama Kota Malang, sudah selayaknya menjadi contoh untuk kerukunan antar umat beragama yang sangat menjunjung tinggi toleransi umat beragama.

DAFTAR RUJUKAN

Blog SDN Kauman 1 Kota malang. 2010. Gereja Emanuel dan Masjid Jami’, (Online), (http://blog.malangkota.go.id/sdnkauman1/2009/05/30/gereja-emanuel-dan-masjid-jami/#respond, diakses tanggal 18 Agustus 2010).

Dinas Kominfo Pemerintah Kota Malang. 2007. Sejarah Malang, (Online), (http://www.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071, diakses tanggal 18 Desember 2010).

http://www.gpib.org/jemaat/immanuel-malang.

http://www.malangkota.go.id/album/?alb=17.

http://www.malangkota.go.id/album/?alb=18.

Husaini, Adian. 2010. Pluralisme Agama Musuh Agama-agama (Pandangan Katolik, Protestan, Hindu, dan Islam terhadap Paham Prulalisme Agama). Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

MB. Rahimsyah A.R. 2002. Kisah: Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Surabaya: Amanah.

Mahfud, Choirul. 2007. Reaktualisasi Toleransi Agama, (Online), (http://choirulmahfud.blogspot.com/2007/07/reaktualisasi-toleransi-agama.html, diakses tanggal 19 Desember 2010).

Mahmudi. 2009. Masjid Agung Jami’ Punya Tempat Mustajabah?, (Online), (http://masjidjami.com/sejarah.html, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Negoro, Suryo S. 2010. Malang yang Indah dan Menarik, (Online), (http://jagadkejawen.com/id/tempat-tempat-menarik/malang-yang-indah-dan-menarik, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Utomo, Yunanto Wiji. 2006. Kampung Kauman, Pesona Perjuangan Islam, (Online), (http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/neighborhood/kauman/, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2010. Kauman, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kauman, diakses tanggal 18 Desember 2010).

PENINGGALAN BANGSA PORTUGIS DAN BANGSA SPANYOL DI NUSANTARA

PENINGGALAN BANGSA PORTUGIS DAN BANGSA SPANYOL DI NUSANTARA

Rendy Wahyu Satriyo Putro

Berabad-abad lamanya kerajaan-kerajaan kecil yang terpencar letaknya di pulau-pulau Indonesia secara ekonomis, kultural, dan juga sewaktu-waktu secara politis telah bergabung atau digabungkan dalam satuan-satuan yang lebih besar. Adanya komunikasi dan lalu lintas antarkepulauan Indonesia ini sudah barang tentu dimungkinkan oleh penduduknya yang telah mengembangkan suatu jaringan hubungan maritim yang lebih baik, didukung oleh kemajuan teknologi kapal, keahlian navigasi, dan suatu enterprising spirit[1] yang besar. Kegiatan laut yang dominan dalam kehidupan bangsa kita di masa lampau tercermin dalam sebutan “zaman bahari” yang sinonim dengan zaman purbakala. Sifat internasional dari pelayaran dan perdagangan telah nampak pula pada zaman kerajaan-kerajaan Indonesia Hindu (A.B. Lapian, 2008: 1).

Hubungan dagang Nusantara dengan berbagai bangsa, bahkan pelaut-pelaut Nusantara yang konon pernah berlayar sampai Madagaskar Afrika merupakan bukti bahwa bangsa kita sudah memiliki peradaban dan teknologi perkapalan dan perlayaran yang sudah maju. Perdagangan yang pada waktu itu Nusantara terkenal sebagai penghasil rempah-rempah, bahkan sampai terdengar di Eropa. Di Eropa yang pada waktu itu belum mengenal bangsa timur dan hanya mendapatkan rempah-rempah dari perdagangan di Konstatinopel, yang pada tahun 1453 Konstatinopel ditakhlukkan oleh orang-orang Turki Ustmani menyebabkan penghentian perdagangan rempah-rempah di Eropa.

Akan tetapi, orang-orang Eropa, terutama orang-orang Portugis, mencapai kemajuan-kemajuan di bidang teknologi tertentu yang kemudian melibatkan bangsa Portugis dalam salah satu petualangan mengarungi samudra yang paling berani di sepanjang zaman yang memungkinkan mereka berekspansi ke seberang lautan. Rempah-rempah merupakan soal kebutuhan dan juga cita rasa. Selama musim dingin di Eropa, tidak ada satu cara pun yang dapat dilakukan agar semua hewan ternak tetap hidup, karenanya banyak hewan ternak disembelih dan dagingnya kemudian harus diawetkan. Untuk itu diperlukan sekali adanya garam dan rempah-rempah, serta di antara rempah-rempah yang diimpor, cengkih dari Indonesia Timur adalah yang paling berharga. Indonesia juga menghasilkan lada, buah pala, dan bunga pala, oleh karenanya kawasan itulah yang menjadi tujuan utama Portugis, walaupun sampai saat itu mereka masih belum mempunyai gambaran sedikit pun tentang letak “Kepulauan Rempah” Indonesia itu maupun tentang cara mencapainya (M.C. Ricklefs, 2008: 40-41).

Kedatangan bangsa Portugis membawa dampak atau pengaruh lain bagi Indonesia dalam bidang kebudayaan yaitu :

a. Berkembangnya agama Kristen/Katholik di Maluku yang disebarkan oleh Fransiscus Xaverius.

b. Berkembangnya musik Keroncong berasal dari Portugis.

c. Peninggalan bangunan yang berupa benteng-benteng Portugis.

d. Nama orang Indonesia menggunakan nama Portugis.

e. Benda-benda peninggalan Portugis berupa Meriam[2] yang ditempatkan di Museum (Elinda, 2007).

Gambar 1: Kapal Eksplorasi Spanyol.

Kapal-kapal kecil seperti ini digunakan oleh Spanyol dan Portugis di eksplorasi mereka pada abad 15 dan 16.
Arsip Foto / Arsip Kean
Sumber: Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005. © 1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Bangsa Portugis dan Bangsa Spanyol di Nusantara tidak sedikit meninggalkan berbagai peninggalan yang sampai sekarang masih dapat kita temui dan dapat kita rasakan, baik berupa pengaruh kebudayaan, bangunan, maupun berbagai bahan makanan ataupun teknik pengolahannya. Tetapi, lebih banyak peninggalan dari Bangsa Portugis dari pada peninggalan Bangsa Spanyol, karena perjanjian Saragosa yang membagi daerah kekuasaan menjadi utara dan selatan yang mengakibatkan Bangsa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan lebih memusatkan pada Filipina.

A. Portugis

1. Agama

Menurut Richard Z. Leirissa (1975: 7-14) Penginjilan yang pertama kali dilakukan oleh padri-padri[3] Portugis adalah pada tahun 1523. Pada waktu itu Antoni de Brino, Kepala orang-orang Portugis yang kedua di Ternate, membawa pula padri-padri Franciscaan ke sana ketika ia berangkat ke Ternate untuk menjabat kedudukan itu. Kemudian pada tahun 1534 Tristao de Atayade, yang menjadi Kepala orang-orang Portugis sejak tahun itu, membawa pula sejumlah padri. Mereka berhasil menjadikan seorang raja di Mindanao menjadi Kristen. Ini sangat penting karena sampai saat itu belum ada seorang raja yang dapat di-Kristenkan di Maluku Utara. Tetapi usaha ini kandas pada tahun 1536 karena terjadi suatu pemberontakan sehingga raja tersebut meninggal. Perkembangan agama Katolik baru menjadi pesat sejak Antoni Galvao menjadi Kepala (1536-40). Ia terkenal dalam sejarah Maluku oleh karena ia dapat mendamaikan Sultan Ternate dengan pihak-pihak padri Katolik. Tetapi sebenarnya perluasan agama Katolik itu terjadi di kepulauan Ambon-Lease, bukan di Maluku Utara sendiri. Di Ternate, Golvao berhasil membangun suatu Seminari untuk putra-putri daerah itu. Dari antara merekalah muncul pemuka-pemuka agama Katolik. Ketika Franciscus Xavier[4] tiba di Maluku, ia pertama-tama mengunjungi kepulauan Ambon-Lease yang pada waktu itu ada tujuh tempat[5] di pulau Ambon yang penduduknya memeluk agama Katolik berkat usaha padri-padri sebelumnya. Kemudian ia mengadakan perjalanan pula ke pantai selatan pulau Seram dan ke Nusalaut, serta Ternate. Kunjungan Xavier sangat berpengaruh terhadap politik kerajaan Ternate. Terjadi kemelut politik yang mengakibatkan Sultan Hairun harus mengakui kedudukannya sebagai vasal Portugis. Sultan Hairun kemudian mengutus Kaicili Letiato dengan suatu armada kora-kora untuk menggempur desa-desa Kristen di Maluku Tengah. Sejak tahun 1555 memang agama Katolik sangat maju di berbagai tempat di sini. Ini karena Xavier berhasil mengerahkan sejumlah padri ke daerah itu. Dan sejak saat itu agama Katolik berkembang pesat di Ambon dan kepulauan lainnya.

2. Kesenian

Balada-balada Keroncong romantis yang dinyanyikan dengan iringan gitar berasal dari kebudayaan Portugis (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Keroncong pertama kali dikenalkan oleh para pelaut asal Portugis di abad ke-16. Keroncong itu merupakan sejenis musik yang dikenal dengan sebutan fado oleh bangsa Portugis (Andrie Yudhistira, 2010). Di Jakarta ada musik Keroncong yang dikenal dengan Keroncong Tugu. Jacobus Quicko, adalah seorang tokoh yang semasa hidupnya berperan memimpin rombongan Keroncong Tugu. Banyak hal yang masih dipertahankan dalam tradisi Keroncong Tugu, yaitu alat musik, perbendaharaan lagu (repertoar) dan kostum pemainnya. Alat musik yang digunakan saat ini masih seperti yang digunakan tiga abad yang lalu, yaitu keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kempul dan cello.

Gambar 2: Alat Musik Keroncong.

Sumber: www.google.co.id

Tanjidor adalah permainan musik pukul yang populer di kalangan masyarakat Betawi. Bahasa aslinya adalah tangedor, dibaca tanjedor, merupakan bahasa Portugis. Tangedor berarti seseorang yang memainkan alat musik senar. Tanger berarti memainkan alat musik. Tradisi tanjidor berawal dari kebiasaan bangsa Portugis memerintahkan para budaknya menghibur mereka dengan permainan musik. Kejemuan dan kebosanan mereka menghadapi musim tropis tersembuhkan olah para budak yang memainkan musik dari daerah asal para budak itu dengan isntrumen musik Eropa. Mereka rata-rata menggunakan alat tiup, seperti klarinet, terompet, terompet Prancis, kornet. Ada juga tambur Turki. ''Pada awalnya dimainkan lagu-lagu Eropa karena mereka main pada waktu pesta dansa, polka, mars, lancier, dan lagu-lagu parade, tetapi lambat laun dimainkan juga lagu-lagu dan irama-irama yang khas Betawi,'' tulis Paramita R Abdurahman. Ketika para budak itu dimerdekakan, mereka menjadi kelomnpok-kelompok musik amatir yang menamakan diri tanjidor. Dalam perkembangannya, tanjidor juga memainkan keroncong, salah satu musik hasil pengaruh Portugis (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2008).

Gambar 3: Tanjidor.

Sumber: www.google.co.id.

3. Bangunan

Benteng Victoria yang merupakan benteng peninggalan Portugis yang dibangun di pusat kota Ambon pada tahun 1775 M.

Gambar 4: Benteng Victoria.

Sumber : www.google.co.id.

Ada juga benteng peninggalan Portugis yang bentuknya unik, Benteng Belgica, yaitu benteng yang dibangun oleh Portugis tapi kemudian diduduki Belanda pada abad ke 17. Benteng ini berada di atas perbukitan Tabaleku di sebelah barat daya Pulau Naira dan terletak pada ketinggian 30,01 meter dari permukaan laut. Benteng yang dibangun pada tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both ini memiliki suatu keunikan. Dibangun dengan gaya bangunan persegi lima yang berada di atas bukit, namun apabila dilihat dari semua penjuru niscaya hanya akan terlihat 4 buah sisi, tetapi kalau dilihat dari udara nampak seperti bintang persegi atau mirip dengan Gedung Pentagon di Amerika Serikat. Bahkan benteng ini dijuluki The Indonesian Pentagon. Benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan, namun pada masa penjajahan Belanda, Benteng Belgica beralih fungsi untuk memantau lalu lintas kapal dagang (Wta, 2008).

Gambar 5: Benteng Belgica.

Sumber: www.google.co.id.

Ada juga yaitu Benteng Otanaha. Benteng yang terletak di Kelurahan Dembe, Kota Gorontalo memiliki tiga bangunan yakni Benteng Otanaha, Otahiya, dan Ulupahu yang dibangun sekitar 1522 atas prakarsa Raja Ilato dan para nakhoda Portugal yang singgah di wilayah tersebut. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki empat tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak hingga sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan, dimana dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.

Gambar 6: Benteng Otanaha.

Sumber: www.kompas.com.

Selain itu, di Lahayong, Solor, Flores Timur juga terdapat peninggalan Portugis berupa reruntuhan benteng, yang karena terletak di Lahayong kemudian diberi nama Benteng Lahayong.

http://bp1.blogger.com/_19j87EQervM/R9yliE-v-xI/AAAAAAAABfQ/FK441BRKSwM/s320/solor.1.jpg
Gambar 7: Reruntuhan benteng Portugis di Lohayong, Solor, Flores Timur.

Sumber: http://noerhayati.blogspot.com/2009/03/lohayong.html.

Di Malaka terdapat Kota A'Famosa merupakan pintu gerbang kubu di Malaka. Pintu gerbang ini merupakan peninggalan portugis dan sebuah kubu. Kubu ini dahulu mempunyai tembok yang panjang dan empat menara utama. Salah satunya ialah menara utama empat tingkat, manakala yang lain merupakan bilik simpanan senjata, kediaman kapten dan juga kuarters pegawai (Lia, 2010).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDUQQYonBegx-VQYH1JAcpuLMa3rjI8P0b4DWw9Z-e_DcpEVU95anlp_YPux9g27fduSFrfgQcQGZYm7EPlnzWqlQi12paEiYopV96HgKaZDrY00Go7znLzEJLVGzusMUJhFh2zZRr9YcB/s320/DSCN3592.JPG


Gambar 8: Pintu Gerbang Kubu di Malaka.

Sumber: http://tazzzlia.blogspot.com/2010/04/ke-mana-kali-ni.html.

Ada juga peninggalan berupa gereja, yaitu Gereja St. Paul merupakan sebuah gereja yang terletaknya di Bandar Hilir, Melaka. Ia dibina oleh Kapten Portugis yang bernama Duarte Coelho pada tahun 1521 dan dinamakan "Our Lady of The Hill". Gereja ini kemudiannya ditukar oleh pihak Belanda kepada tempat persemadian bangsawan dan di namakan gereja St. Paul. St. Francis Xavier telah dipelihara di dalam perkuburan terbuka pada tahun 1553 sebelum dibawa dengan kapal ke Goa, India (Lia, 2010).

Gambar 9: Gereja St. Paul.

Sumber: http://tazzzlia.blogspot.com/2010/04/ke-mana-kali-ni.html.

Dan masih banyak lagi bangunan-bangunan peninggalan Portugis yang sebagian besar terdapat di Maluku, antara lain adalah Benteng Tolucco yang dibangun oleh Francisco Serao (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kalamata atau Benteng Santa Lucia atau Benteng Kayu Merah yang dibangun oleh Pigafetta (Portugis) pada tahun 1540, Benteng Kastela yang dibangun oleh Antonio de Brito pada tahun 1521 dengan nama Nostra Senora del Rosario (Matahati, 2009).

Gambar 10: Benteng Tolucco.

Sumber 10: http://bentengmalut.blogspot.com/

Gambar 11: Benteng Kalamata.

Sumber: http://bentengmalut.blogspot.com/

Gambar 12: Benteng Kastela.

Sumber: http://bentengmalut.blogspot.com/

4. Nama dan Perkampungan

Di Ambon masih banyak ditemukan nama-nama keluarga yang berasal dari Portugis, seperti da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendoza, Rodrigues, da Silva, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48).

Menurut Abang & None Jakarta Utara (2010), di Jakarta Utara tepatnya di kecamatan Koja, di sana terdapat sekumpulan masyarakat yang memiliki nilai-nilai kebudayaan tinggi mengenai Jakarta. Sebuah kampung yang dulu dianggap sebagai daerah terluar dari kota Batavia ini diperuntukkan bagi para Mardijkers oleh pemerintah Hindia Belanda yang telah dibebaskan dari tawanan peran. Mardijkers itu sendiri adalah sebutan bagi para portugis hitam yang dibebaskan dan dikumpulkan dalam satu kampung yaitu kampung tugu. Kampung ini dijadikan sebuah kampung kristen tertua di Indonesia bagian Barat, sebab masyarakat yang ada di daerah ini menganut Kristen protestan dan harus meninggalkan kepercayaan sebelumnya sebagai syarat supaya dapat di bebaskan dari tawanan perang. Untuk sebuah komunitas kristen masyarakat kampung tugu merupakan komunitas Kristen pertama di antara yang lainnya, hal ini menyebabkan komunitas Islam yang ada menyebut mereka sebagai komunitas Serani - yang diambil dari kata Nasrani - sehingga disana dibangunlah sebuah Gereja yang disebut Gereja Tugu sampai saat ini. Budaya Portugis masih sangat kental di kampung Tugu, hal ini dibuktikan dengan masih fasihnya masyrakat Kampung Tugu dalam mempergunakan bahasa Portugis dan keberadaan makam-makam Portugis di tempat itu.

Gambar 13: Gereja Tugu.

Sumber: www.google.co.id.

5. Bahasa/Kosakata

Sangat banyak kata-kata Indonesia yang berasal dari bahasa portugis, seperti pesta, sabun, sepatu, bendera, meja, Minggu, dan lain-lain (M.C. Ricklefs, 2008: 48). Menurut Aries (2010), kata "gereja" di Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis igreja. Puluhan gereja di Lisabon—orang Portugis menyebutnya Lisboa—sekarang juga disebut igreja. Misalnya sejumlah gereja terkenal di Lisabon, yaitu Igreja de Santa Engracia, Igreja de Sao Roque, atau Igreja de Santo Antonio de Lisboa. Menurut Gunung Agung (1970) dalam Aries (2010), bekas diplomat Portugal di Indonesia, Antonio Pinto da Franca, dalam bukunya Portuguese Influence in Indonesia, menginventarisasi paling tidak ada 75 kata Indonesia berasal dari Portugis. Beberapa kata mungkin terasa asli Indonesia. Sebut misalnya, sisa dari sisa, terigu dari terigo, tempo dari tempo. Kata lain, misalnya, bangku dari banco, beranda dari varanda, boneka dari boneca, kaldu dari caldo, meja dari mesa, pesta dari festa. Ada juga sekolah dari escola, pigura dari figura, dan sepatu dari sapato. Selain itu beberapa kata Indonesia yang berasal dari bahasa Portugis cukup banyak. Seperti bangku (dari kata benco), jendela (janela), meja (mesa), sepatu (sapatu), gardu (garda), keju (aquijo), bendera (bandaera), dan topi (capyo) (Alwi Shahab, 2006). Dari berbagai sumber di atas tentang beberapa bahasa Portugis yang masih digunakan dalam bahasa Indonesia adalah pesta (festa), sabun (sabao), sepatu (sapato), bendera (bandaera), meja (mesa), Minggu (Domingo[6]), gereja (igreja), sisa (sisa), terigu (terigo), tempo (tempo), bangku (banco), beranda (varanda), boneka (boneca), kaldu (caldo), sekolah (escola), pigura (figura), jendela (janela), gardu (garda), keju (aquijo), topi (capyo), tanjidor (tangedor).

Dalam Wapedia (2010) daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia adalah algojo (algoz). arena (arena), armada (armada), aula (aula), akta (acta), bangku (banco), banjo (banjo), Belanda (holanda), beranda (varanda), bendera (bandeira), biola (viola), bola (bola), bolu (bolo), boneka (boneca), botol (botelha), dadu (dado), dansa (dança), dua (dua), flores (flores: bebungaan): nama pulau Flores, gancu (gancho), garpu (garfo), gereja (igreja), gudang (gudão), harpa (harpa), Inggris (Ingles), jendela (janela), kaldu (caldo), kampung (campo), kanon (kanon), karambol (carambola), kartu (cartão), kasur (colchão), kutang (alcotão), keju (queijo), kemeja (camisa), kereta (carreta), kursus (cursos), kontan (contas), kamar (camara), laguna (laguna), lambada (lambada) : sejenis tarian, legenda (legenda), lentera (lanterna), limau (limão), lemari (almario), lampion (lampião), mandor (mandador), marakas (maraca) (alat musik perkusi), marmot (marmota), martir (mártir), meja (mesa), mentega (manteiga), meski (mas que), Minggu (domingo): nama hari, juga dikenal sebagai Ahad, misa (missa) - ibadat Katolik, Natal ( Natal), nina (spt. dalam "nina bobo") (menina): anak perempuan kecil, nona (dona), nyonya (donha), ombak (onda), palsu (falso), paderi (padre): pendeta, peluru (pellouro, boleiro), pena (pena), peniti (alfinete), Perancis (francesa), pesiar (passear), pesero (parceiro), pesta (festa), pigura (figura), pita (fita), puisi (poesia), renda (renda), roda (roda), ronda (ronda), rosario (rosario), Sabtu (sábado), sabun (sabão), saku (saco), sekolah (escola), salto (salto), sepatu (sapato), silet (gilete), serdadu (soldado), sinyo (sinhô), tanjidor (tangedor), tapioka (tapioca), teledor, tembakau (tabaco), tenda (tenda), tempo (tempo), terigu (trigo), tinta (tinta), tolol (tolo), tukar (trocar)

6. Pangan dan Pertanian

Dari penjelajahan Bangsa Portugis, tidak hanya meninggalkan dampak negatif berupa monopoli dan kolonialisme, tetapi juga dampak positif yang salah satunya adalah dalam bidang pangan dan pertanian untuk daerah jajahannya.

Untuk memperkaya jenis-jenis pangan di daerah jajahannya, orang-orang Portugis juga membawa berbagai bibit dan tanaman yang didapat dari sebuah negeri yang berhasih ditaklukkan, baik di Asia maupun di Amerika, untuk ditanam di negeri lainnya yang belum memiliki komoditas itu. Kedatangan orang Portugis yang dipimpin Antonio Galvao juga membawa sejumlah tanaman, seperti anggur, tomat, avokad, dan ketela untuk ditanam di Maluku (1536-1539). Sumber pangan ini disebutkan meningkatkan kualitas diet orang Maluku yang sebelumnya dinilai buruk. Selain hal tersebut, peninggalan Portugis yang masih dapat kita jumpai dalam bidang pangan dan pertanian di Indonesia adalah cara berkebun (menanam bunga di pekarangan), makanan (serikaya, bika, ketela, pastel), cara pengawetan makanan (acar), dan alat-alat rumah tangga, seperti garpu. Sementara itu, kedatangan Bangsa Portugis diberbagai tempat membuat mereka mengenal berbagai sumber makanan yang selama ini tidak mereka kenal sebelumnya, salah satunya adalah durian. Pasukan Portugis juga mencatat sumber pangan, cara memasak, dan juga mendeskripsikan rasanya. Berbagai sumber pangan tersebut terutama rempah-rempah memengaruhi kuliner Bangsa Portugis hingga sekarang. Hal tersebut dilakukan karena Kerajaan Portugis memang meminta agar berbagai jenis tanaman dan hewan dikumpulkan dan dikirim ke negerinya ketika pasukan kembali ke Lisabon[7] (Agung Setyahadi, 2008).

Gambar 14: Kue Bika.

Sumber: www.google.co.id.

Dari penjelasan di atas apabila kita kaji, Portugis dalam penjelajahannya tidak hanya ingin mengeruk hasil rempah-rempah saja, tetapi juga menyebarkan komoditas-komoditas baru di daerah jajahan serta membawa komoditas-komoditas baru bagi bangsanya. Hal tersebut merupakan penyebaran budaya yang dilakukan oleh Bangsa Portugis.

B. Spanyol

Tidak banyak peninggalan Bangsa Spanyol di Indonesia, karena perjanjian Saragosa yang mengakibatkan wilayah daerah kekuasaan dibagi menjadi utara dan selatan dan Spanyol mendapatkan daerah utara yang akhirnya Spanyol harus meninggalkan Maluku dan lebih memusatkan pada Filipina.

Peninggalan Spanyol di Filipina yaitu Benteng San Pedro yang didirikan oleh pelaut asal Spanyol Miguel Lopez de Legazpi tahun 1565 (Andrian Wibisono, 2007) .

Gambar 15: Benteng San Pedro di Filipina.

Sumber: http://foto.detik.com/readfoto/2007/09/19/115202/831831/157/1/

Terdapat juga Salib Maggellan yang merupakan salib pertama yang ditancapkan Maggellan sebagai simbol dimulainya penyebaran agama Kristen Katolik di Filipina. Selain itu juga terdapat Gereja Santo Nino (Basilica Minore del Sto Nino) yang didirikan pelaut lain asal Spanyol Miguel Lopez de Legazpi tahun 1565. Di dalam gereja itu terdapat boneka kayu Santo Nino (bayi Yesus) yang merupakan hadiah dari Maggellan kepada istri Raja Humabonon, Ratu Juana yang menjadi pemeluk Katolik (Sinar Indonesia Baru, 2007).

Gambar 16: Salib Magellan.

Sumber: http://foto.detik.com/readfoto/2007/09/19/115202/831831/157/5/

Gambar 17: Gereja Santo Nino.

Sumber: www.google.co.id.

Namun dalam kehidupan sehari-hari masih ada kosakata bahasa Spanyol yang masih kita temui. Kosakata “Cinta”, sebetulnya perkataan ini dalam bahasa Spanyol berarti tali pita. Di Indonesia Timur, orang yang dipertunangkan harus mengucapkan kasih-sayangnya di bawah ikatan tali cinta tersebut maka selanjutnya cinta pun berubah menjadi padanan kasih (Asfi, 2007).

DARTAR RUJUKAN

Aries. 2010. Afonso de Albuquerque dan Jejak Portugis di Indonesia, (Online), (http://aries55history.blogspot.com, diakses tanggal 15 Oktober 2010).

Asfi. 2007. Asal-usul 10 Kata, (Online), (http://terasrumah.multiply.com/journal/item/193, diakses tanggal 15 Oktober 2010).

Elinda, dkk. 2007. Bangsa Portugis datang ke Indonesia, (Online), (http://arhistoria.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Oktober 2010).

Ikatan Abang dan None Jakarta Utara. 2010. Kampung Tugu, (Online), (http://abnonjakut.blogspot.com/2010/10/kampung-tugu.html, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Jodhi (Ed.). 2009. Benteng Otanaha Peninggalan Portugis akan Direnovasi, (Online), (http://oase.kompas.com/read/2009/12/02/02451046/benteng.otanaha.peninggalan.portugis.akan.direnovasi, diakses ttanggal 16 Oktober 2010).

Lapian, Adrian B. 2008. Pelayaran dan Perdagangan Nusantara Abad Ke-16 dan 17. Jakarta: Komunitas Bambu.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2008. Mencari Peninggalan Portugis, (Online), (www.lipi.go.id, diakses tanggal 6 Oktober 2010).

Lia. 2010. (Online), (http://tazzzlia.blogspot.com/2010/04/ke-mana-kali-ni.html, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Mahdi, Nurhayati. 2009. Benteng Lahayong, (Online), (http://noerhayati.blogspot.com/2009/03/lohayong.html, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Matahati. 2009. Benteng Maluku Utara, (Online), (http://bentengmalut.blogspot.com/, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Microsoft ® Encarta ® Reference Library 2005. © 1993-2004 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Setyahadi, Agung. 2008. Strategi Pangan Armada Portugis. Harian Kompas.

Shahab, Alwi. 2006. Keturunan Portugis di Tugu, (Online), (http://www.infoanda.com, diakses tanggal 15 Oktober 2010).

Sinar Indonesia Baru. 2007. Wisata Kota Tua di Cebu, Filipina Tak Sekadar Manila, (Online), (http://hariansib.com/?p=14361, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Wapedia. 2010. Daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia, (Online), (http://wapedia.mobi/id/Daftar_kata_serapan_dari_bahasa_Portugis_dalam_bahasa_Indonesia, diakses tanggal 15 Oktober 2010).

Wibisono, Andrian. 2007. Wisata Kota Tua Pulau Cebu, (Online), (http://foto.detik.com/readfoto/, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Wta. 2008. Benteng Belgica, The Indonesian Pentagon, (Online), (http://www.paketrupiah.com/artikel/benteng_belgica,_the_indonesian_pentagon.php, diakses tanggal 16 Oktober 2010).

Yudhistira, Andrie. 2010. Keroncong Tugu Peninggalan Penjajahan Portugis, (Online), (http://erabaru.net, diakses tanggal 6 Oktober 2010).

Z.Leirissa, Richard. 1975. Maluku Dalam Perjuangan Nasional Indonesia. Depok: Lembaga Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia.



[1] Giat semangat

[2] Ketika bangsa Melayu masih menembak dengan panah dan sumpit, bangsa Portugis datang membawa kanon yang dapat meledakkan bunyi gempita. Melihat orang Portugis menembak dengan membuat tanda salib sembari mengucapkan nama Maryam bunda Almaseh Isa maka selanjutnya senjata itu disebut meriam (Asfi, 2007).

[3] Pendeta

[4] Franciscus Xavier adalah orang yang berkebangsaan Spanyol yang bersama Santo Ignatius Loyola mendirikan Ordo Jesuit. Lihat Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, halaman 46.

[5] Tempat-tempat itu adalah Hatiwe, Tawiri, Nusaniwe, Kilang, Soya, Ema, dan Halong. Lihat Z.Leirissa, Richard. 1975. Maluku Dalam Perjuangan Nasional Indonesia, halaman 11.

[6] Dalam bahasa Portugis lama, Domingo, berarti Tuhan. Demi Domingo mereka pergi ke gereja untuk ibadah pada hari Ahad. Akhirnya Ahad berubah menjadi Minggu (Asfi, 2007).

[7] Ibu Kota Portugis