Total Tayangan Halaman

Jumat, 11 Februari 2011

TOLERANSI BERAGAMA PADA DAERAH KAUMAN KOTA MALANG

TOLERANSI BERAGAMA PADA DAERAH KAUMAN KOTA MALANG

Rendy Wahyu Satriyo Putro

Abstrak: Toleransi beragama merupakan sebuah kerangka di mana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok agama yang menunjukkan rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kauman yang merupakan tempat di mana masyarakat Muslim banyak tinggal yang biasanya terletak di barat Alun-alun. Di Kauman Kota Malang, Toleransi ditunjukkan oleh adanya tempat ibadah yang saling berdampingan, yaitu Masjid Jami’ Kota Malang dan Gereja yang bernama GPIB Immanuel Kota Malang.

Kata Kunci: Toleransi, Agama, Daerah Kauman, Kota Malang.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sekali ragam budaya dan juga memiliki beragam agama yang diakui oleh pemerintah. Ada pemeluk agama Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha, dan orang yang memeluk agama tersebut disebut pemeluk agama. Selain itu juga pemerintah juga mengakui aliran keyakinan atau aliran kepercayaan yang meupakan sebuah tradisi beragama dari masyarakat yang ada di Indonesia yang pada setiap tempat atau daerah memiliki aliran keyakinan atau aliran kepercayaan sendiri-sendiri yang jelas berbeda-beda. Mereka yang menganut aliran keyakinan atau aliran kepercayaan disebut sebagai penganut aliran keyakinan atau penganut aliran kepercayaan.

Pada pemeluk agama maupun penganut suatu aliran kepercayaan atau penganut aliran keyakinan memiliki adat tradisi maupun tata upacara keagamaan ataupun tata upacara ritual yang mereka yakini dan percayai. Pelaksanaanya pun berbeda-beda, dan hal ini merupakan keunikan dalam kehidupan beragama dan berkeyakinan. Namun, walaupun banyak sekali perbedaan beragama dan aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, pada umumnya hal tersebut hanya merupakan cara atau tradisi keagamaan atau tradisi kepercayaannya saja yang berbeda. Pada dasarnya semua agama maupun aliran keyakinan atau aliran kepercayaan intinya bertujuan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Negara Indonesia adalah negara yang berketuhanan, dapat kita lihat dari dasar negara Indonesia dengan Ideologi Pancasila, yang pada sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan meilhat sila pertama pada Pancasila tersebut, kita dapat mengetahui bahwa negara kita adalah negara yang beragama yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun dari berbagai agama dan aliran kepercayaan di Indonesia menyebut Tuhan Yang Maha Esa dengan nama yang berbeda-beda, namun pada dasarnya hal itu hanyalah penyebutan nama saja yang berbeda. Pada hakekatnya adalah tujuan yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Toleransi beragama merupakan sesuatu yang seharusnya dijaga dengan baik di Indonesia. Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiki berbagai suku, adat, tradisi, budaya, dan lain sebagainya yang merupakan sebuah keberagaman yang disatukan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan wadah pemersatu Bangsa Indonesia.

Di berbagai kota-kota atau di berbagai daerah-daerah di Indonesia juga memiliki berbagai kampung atau suatu daerah yang meruapakan tempat tinggal berkumpulnya suatu komunitas tertentu. Misalnya ada Kampung Pecinan, Kampung Pakojan (yang dahulu merupakan Kampung India yang sekarang menjadi Kampung Arab), Kampung Madura, serta kampung-kampung lain di kota-kota di Indonesia. Ada juga daerah yang dinamakan Kauman yang biasanya terletak di daerah Masjid Agung di sebuah kota.

Di Kota Malang juga memiliki Kauman yang merupakan sebuah Kelurahan bagian dari Kecamatan Klojen di Kota Malang. Dapat kita lihat bahwa, tata kota di kota Malang merupakan suatu tata kota yang unik. Di daerah Kauman Kauman Kota Malang tersebut dalam suatu jalan terdapat tempat ibadah yang berdekatan, hal tersebut merupakan salah satu bukti adanya. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan dibahas tentang Kauman, Keunikan Kauman di Kota Malang, Toleransi Beragama Di Kota Malang Yang Terlihat Dari Daerah Kauman.

PEMBAHASAN

Kauman

Kauman merupakan nama beberapa daerah tertentu di Tanah Jawa, di mana masyarakat Muslim banyak tinggal. Daerah Kauman biasanya terletak di barat alun-alun, dan dapat ditandai dengan adanya masjid di daerah tersebut. Nama ini diduga berasal dari kata "kaum imam" (Wikipedia Ensiklopedia Bebas, 2010). Kampung Kauman pada zaman kerajaan merupakan tempat bagi 9 ketib atau penghulu yang ditugaskan Kraton untuk membawahi urusan agama. Sejak ratusan tahun lampau, kampung ini memiliki peran besar dalam gerakan keagamaan Islam (Yunanto Wiji Utomo, 2006). Di kota-kota di Indonesia, biasanya nama Kauman terdapat di daerah pusat kota yang berada di selatan Masjid Agung atau Masjid Jami’ Kota.

Tata Kota di Jawa, para penguasa kebanyakan meniru cara Sunan Kalijaga dalam pembangunan Tata Kota. Teknik bangunan Kabupten atau Kota Praja biasanya terdiri dari Istana atau Kabupaten, Alun-alun, satu atau dua pohon beringin, masjid. Letaknya juga sangat teratur, bukan sembarangan. Alun-alun yang berasal dari kata “Allaun” yang berarti banyak macam atau warna, menunjukkan tempat bersama ratanya segenap rakyat dan penguasa di pusat kota. Alun-alun yang biasanya berbentuk segi empat dimaksudkan agar dalam menjalankan ibadah seseorang harus berpedoman lengkap, yaitu syariat, hakikat, tariqat, ma’rifat. Untuk itu disediakan Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah (MB. Rahimsyah A.R, 2002). Daerah Masjid ataupun daerah di barat Alun-alun biasanya dinamakan dengan nama Kauman, yang merupakan daerah tempat tinggal kaum-kaum Muslim.

Keunikan Kauman Di Kota Malang

Kauman merupakan salah satu kelurahan di Kota Malang yang berada di Kecamatan Klojen. Letaknya di pusat Kota Malang yang memiliki berbagai tempat-tempat bersejarah di Kota Malang. Jika di kota-kota lain memiliki Masjid Agung atau Masjid Jami’ pada Kelurahan Kauman, Kota Malang juga mempunyainya, namun juga di Kauman Kota Malang juga memiliki Gereja yang berada di dekat Masjid Jami’ Kota Malang. Hal tersebut merupakan hal yang menarik untuk dikaji, dan sangat berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, serta merupakan daya tarik bagi wisatawan maupun orang-orang yang yang tertarik dengan seni tata kota maupun budaya.

Kota Malang banyak sekali daya tariknya. Salah satunya adalah “Masjid Jami’” dan di sebelah kirinya ada sebuah gereja, yaitu “Gereja Emanuel”. Di samping itu di dalam Gereja Emanuel terdapat peninggalan sejarah dari Negara Belanda yaitu “piano”. Masjid Jami’ terletak di tengah-tengah kota, begitu juga Gereja Emanuel (Blog SDN Kauman 1 Kota Malang, 2010). Masjid Jami’ dan Gereja Emanuel berada pada satu jalan yang sama, yaitu jalam Merdeka Barat Kota Malang.

Gambar 1. Masjid Jami’ Kota Malang.

Sumber: http://www.malangkota.go.id/album/?alb=17.

Masjid Agung Jami’ Malang didirikan pada tahun 1890 M di atas tanah Goepernemen atau tanah negara sekitar 3.000 m2. Menurut prasasti yang ada, Masjid Agung Jami’ dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun tahun 1890 M, kemudian tahap kedua dimulai pada 15 Maret 1903, dan selesai pada 13 September 1903. Bangunan masjid ini berbentuk bujursangkar berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua, dan sampai saat ini bangunan asli itu masih dipertahankan keberadaannya (Mahmudi, 2009).

Di samping masjid berdiri pula Gereja GPIB Immanuel. Ini adalah gereja Protestan kuno yang pertama kali didirikan tahun 1861, kemudian dibongkar dan dibangun kembali seperti bentuknya sekarang pada tahun 1912 (Suryo S. Negoro, 2010).

Gambar 2. Gereja GPIB Immanuel Kota Malang.

Sumber: http://www.malangkota.go.id/album/?alb=18.

Hal tersebut merupakan pemandangan yang unik dan indah, yang juga dapat dijadikan sebagai teladan kehidupan beragama yang baik di Indonesia. Saling menghargai dan menghormati dalam menjalankan ibadah, dapat menjadikan suasana yang nyaman dan tenteram.

Toleransi Beragama Di Kota Malang Yang Terlihat Dari Daerah Kauman

Gambar 3. Masjid Jami’ Kota Malang dan Gereja Immanuel Kota Malang berdampingan dalam satu jalan raya.

Sumber: http://www.gpib.org/jemaat/immanuel-malang.

Toleransi yang dalam bahasa Arab disebut al-tasamuh sesungguhnya merupakan salah satu jalan alternatif menuju perdamaian dan ia termasuk ajaran inti agama, khususnya dalam Islam. Toleransi sejajar dengan ajaran fundamental yang lain seperti kasih (rahmah), kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (mashlahah ’ammah), keadilan (’adl) (Choirul Mahfud, 2007).

Toleransi beragama berbeda dengan Pluralisme beragama, karena toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling menghargai dalam kehidupan beragama. Sedangkan Pluralime beragama adalah sebuah paham yang menganggap semua agama adalah sama, atau relatif, padahal setiap pemeluk agama memiliki keyakinan masing-masing yang berbeda dan tidak bisa disamakan atau relatif, karena keyakinan berasal dari hati, tidak dapat ditunjukkan atau dilihat oleh mata.

Prularisme Agama (Religious Pluralisme) adalah istilah khusus dalam kajian agama-agama. Sebagai ‘terminologi khusus’, istilah ini tidak dapat dimaknai sembarangan, misalnya disamakan dengan makna istilah ‘toleransi’, ‘saling menghormati’ (mutual respect), dan sebagainya. Sebagai satu paham (isme), yang membahas cara pandang terhadap agama-agama yang ada, istilah ‘Pluralisme Agama’ telah menjadi pembahasan panjang di kalangan para ilmuan dalam studi-studi agama-agama (religious studies). Dan memang, meskipun ada sejumlah definisi yang bersifat sosiologis, tetapi yang menjadi perhatian utama para peneliti dan tokoh-tokoh agama adalah definisi Pluralisme yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai kebenaran relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi ‘setara’, apapun jenis agama itu. Bahkan, sebagian pemeluk Pluralisme mendukung paham sinkritisme agama (Adian Husaini, 2010: 3).

Toleransi beragama di Kota Malang dapat kita lihat dengan gamblang pada kehidupan masyarakat Keluran Kauman, yang pada dasarnya Kauman adalah tempatnya para Kaum Muslim atau Ulama Muslim. Namun, di Kauman Kota Malang terdapat hal yang unik dan berbeda. Karena dalam satu jalan raya yang sama terdapat dua rumah ibadah yang saling berdekatan.

Masyarakat Malang sebagian besar adalah pemeluk Islam kemudian Kristen, Katolik dan sebagian kecil Hindu dan Budha. Umat beragama di Kota Malang terkenal rukun dan saling bekerja sama dalam memajukan Kotanya. Bangunan tempat ibadah banyak yang telah berdiri semenjak jaman kolonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung), Gereja (Alun2, Kayutangan dan Ijen) serta Klenteng di Kota Lama. Malang juga menjadi pusat pendidikan keagamaan dengan banyaknya Pesantren dan Seminari Alkitab yang sudah terkenal di seluruh Nusantara (Dinas Kominfo Pemerintah Kota Malang, 2007).

Kauman berasal dari kata “Kaum Imam”, yang juga merupakan daerah tempat tinggal kaum Muslim ataupun para Ulama Islam. Daerah Kauman yang notabenenya merupakan daerah tempat tinggal masyarakat Muslim di suatu kota yang biasanya juga terletak di pusat kota, namun berbeda dengan yang ada di Kota Malang. Pada Kelurahan Kauman Kota Malang, di barat Alun-alun yang biasanya terdapat sebuah Masjid Agung atau Masjid Jami’ namun juga terdapat sebuah gereja yang saling berdekatan dengan Masjid Jami’ Kota Malang, yaitu GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) Immanuel yang hanya dibatasi oleh kantor Asuransi Jiwasraya.

Ada dua tempat ibadah yang berdampingan, ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Malang memiliki kerukunan beragama yang cukup baik. Selama ini tidak ada kabar-kabar mengenai “Diskriminasi Agama” di Kota Malang. Pernah beberapa tahun yang lalu, waktu bertepatan Hari Raya Idul Fitri, dan kebetulan tepatnya Hari Minggu. Di mana umat Kristiani di Gereja Emanuel mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi. Sedangkan umat Islam, mengadakan sholat id’ dan juga Hari Minggu pagi. Dengan waktu yang bersamaan, yang terjadi adalah umat Kristiani tidak melaksanakan kebaktian, karena depan gereja (jalan depan gereja) di pakai umat Islam Sholat id’. Di sini sangat terlihat betapa rasa toleransi, beragama masyarakat Kota Malang sangat baik.Gereja Emanuel memberikan rasa hormat kepada umat Islam yakni Masjid Jami’. Toleransi beragama sangat terlihat sekali pada peristiwa tersebut, yang merupakan bukti kerukunan umat beragama di Kota Malang, khususnya di Kelurahan Kauman. (Blog SDN Kauman 1 Kota Malang, 2010)

Tata Kota Islam yang sudah menjadi patokan, yaitu Alun-alun, Pusat Pemerintahan, Penjara, Pusat Kegiatan Rakyat (Pasar atau pusat perbelanjaan), Tempat Ibadah yang dalam hal ini Masjid yang biasanya berada pada daerah Kauman. Namun di Kota Malang, kita temui sesuatu yang berbeda dan unik, yaitu terdapat sebuah Gereja di Kauman yang bersebelahan dengan Masjid’ Jami’. Kemungkinan hal tersebut adalah upaya penyebaran agama Kristen Protestan dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang juga mengikuti Tata Kota Islam, namun juga menambahinya dengan sebuah Gereja dan tidak mengubah Tata Kotanya.

Namun, tidak pernah ada kabar berita tentang diskriminasi maupun konflik yang terjadi pada pemeluk agama Islam dan pemeluk agama Kristen Protestan yang terjadi pada tempat ibadah yang berdekatan tersebut. Pemeluk agama Islam yang menjalankan ibadah di Masjid Jami’ dengan tenang, dan pemeluk agama Kristen Protestan menjalankan ibadah di Gereja GPIB Immanuel dengan tenang pula, tidak ada halangan-halangan untuk menjalankan ibadah keagamaan masing-masing agama. Pemandangan seperti ini dapat kita jumpai karena adanya toleransi yang tinggi pada masing-masing pemeluk agama yang berbeda. Hal seperti inilah yang dapat kita jadikan teladan kerukunan umat beragama.

PENUTUP

Kauman yang dahulu merupakan daerah tempat tinggal kaum imam ataupun kaum Muslim ataupun para ulama Islam, namun seiring dengan perkembangan zaman, Kauman menjadi daerah yang ditempati berbagai pemeluk agama yang saling berdampingan secara harmonis dan menjunjung tinggi toleransi. Hal tersebut ditunjukkan di Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen Kota Malang dengan adanya Masjid Jami’ dan Gereja yang bernama GPIB Immanuel yang saling berdampingan dalam jalan raya yang sama. Sampai sekarang tidak pernah ada konflik-konflik yang terjadi karena hal tersebut. Dan diharapkan hubungan beragama yang harmonis seperti ini dapat dijaga dengan baik, serta selalu mengedepankan toleransi dalam hubungan kehidupan beragama. Dengan hal tersebut yang ditunjukkan oleh masyarakat beragama Kota Malang, sudah selayaknya menjadi contoh untuk kerukunan antar umat beragama yang sangat menjunjung tinggi toleransi umat beragama.

DAFTAR RUJUKAN

Blog SDN Kauman 1 Kota malang. 2010. Gereja Emanuel dan Masjid Jami’, (Online), (http://blog.malangkota.go.id/sdnkauman1/2009/05/30/gereja-emanuel-dan-masjid-jami/#respond, diakses tanggal 18 Agustus 2010).

Dinas Kominfo Pemerintah Kota Malang. 2007. Sejarah Malang, (Online), (http://www.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071, diakses tanggal 18 Desember 2010).

http://www.gpib.org/jemaat/immanuel-malang.

http://www.malangkota.go.id/album/?alb=17.

http://www.malangkota.go.id/album/?alb=18.

Husaini, Adian. 2010. Pluralisme Agama Musuh Agama-agama (Pandangan Katolik, Protestan, Hindu, dan Islam terhadap Paham Prulalisme Agama). Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

MB. Rahimsyah A.R. 2002. Kisah: Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Surabaya: Amanah.

Mahfud, Choirul. 2007. Reaktualisasi Toleransi Agama, (Online), (http://choirulmahfud.blogspot.com/2007/07/reaktualisasi-toleransi-agama.html, diakses tanggal 19 Desember 2010).

Mahmudi. 2009. Masjid Agung Jami’ Punya Tempat Mustajabah?, (Online), (http://masjidjami.com/sejarah.html, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Negoro, Suryo S. 2010. Malang yang Indah dan Menarik, (Online), (http://jagadkejawen.com/id/tempat-tempat-menarik/malang-yang-indah-dan-menarik, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Utomo, Yunanto Wiji. 2006. Kampung Kauman, Pesona Perjuangan Islam, (Online), (http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/neighborhood/kauman/, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2010. Kauman, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kauman, diakses tanggal 18 Desember 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar