Lahir dan Berkembangnya
Kepanduan Dunia hingga ke Indonesia: Dari Kepanduan hingga Gerakan Pramuka[1]
Rendy Wahyu
Satriyo Putro[2]
Abstrak : Kepanduan dunia lahir oleh pemikiran Robert
Stephenson Smyth Powell (BP) yang dikukuhkan menjadi Chief Scout of the World
(Bapak Pandu Dunia). Kepanduan mulai mendunia sejak diadakannya perkemahan
di Brownsea Island oleh BP untuk anak-anak dan para pemuda. Organisasi tersebut
berkembang hingga ke Indonesia melalui Belanda dan di Indonesia berubah menjadi
Gerakan Pramuka.
Kata Kunci :
Kepanduan Dunia, Gerakan Pramuka
Pendahuluan
Kepanduan
merupakan suatu nama organisasi yang tidak asing bagi anak-anak Indonesia yang
di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka tidak serta
merta muncul dengan sendirinya di Indonesia, namun berkembang sesuai dengan
perjalanan bangsa Indonesia. Kepanduan sendiri merupakan saduran terjemahan di
Indonesia. Kepanduan yang bahasa aslinya dari Inggris adalah Scout berkembang
sebelum perang dunia hingga kini masih banyak diganderungi oleh anak-anak muda,
bahkan hingga mahasiswa.
Siapa tokoh di
balik berdirinya Kepanduan? Bagaimana sebuah organisasi kepemudaan tersebut
dapat berkembang hingga ke seluruh dunia bahkan hingga sampai ke Indonesia dan
eksis sampai sekarang? Dengan mengetahui bagaimana asal usul Kepanduan hingga
seperti yang kita kenal diharapkan kita mampu memahami bagaimana sesunguhnya
Kepanduan itu sendiri sejatinya. Oleh sebab itu, diawali dengan memahami
perjalanan hidup penggagas atau pendiri Gerakan Kepanduan yaitu Baden Powell.
Perkembangan
Kepanduan hingga ke seluruh dunia, tidak serta merta mudah begitu saja. Apabila
sebuah organisasi tidak kuat atau pun tidak disenangi oleh banyak negara, maka
sangat sulit organisasi tersebut mampu menyebar ke seluruh dunia. Jangankan ke
seluruh dunia, ke seluruh negerinya sendiri pun juga akan sangat sulit. Sangat
menarik sekali kita ketahui tentang bagaimana kepanduan dapat menyebar luas ke
berbagai penjuru dunia. Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa kepanduan
merupakan organisasi yang dapat diterima oleh banyak negara. Lantas bagaimana
organisasi tersebut dapat diterima oleh banyak negara dan disenangi oleh pemuda
pemudi seluruh dunia?
Yang menjadi
menarik adalah bagaimana riwayat kepanduan hingga sampai masuk ke Indonesia
yang sampai sekarang masih tetap eksis. Kita ketahui sendiri bahwa kepanduan
berasal dari Inggris dan Inggris merupakan dunia barat yang dalam pandangan
orang timur dunia barat kebanyakan liberal. Sedangkan di Indonesia sendiri yang
masih memegang budaya timur dan memiliki penduduk mayoritas Muslim. Kepanduan
pun diperkenalkan pertama kali oleh Belanda yang notabennya merupakan penjajah
negeri Indonesia. Lantas bagaimana kepanduan dapat diterima dengan baik di
Indonesia dan sanggup eksis hingga sekarang?
Latar Belakang Baden Powell “Chief Scout
of the World”
Membahas
Kepanduan Dunia tidak lepas dari Bapak Pandu Dunia, yaitu Baden Powell. Namun,
siapakah Baden Powell tersebut? Akan kita bahas mengenai siapa dan bagaimana
perjalana Baden Powell hingga menjadi Bapak Pandu Dunia. Bapak Pandu Dunia atau
Chief Scout of the World yang sering dipanggil Baden Powell (BP)
dilahirkan di London Inggri pada 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson
Smyth Powell. Banyak yang mengira Baden Powell adalah nama asli Robert
Stephenson Smyth Powell, karena memang yang terkenal bahwa Bapak Pandu Dunia
adalah Baden Powell. Sedangkan Baden Powell sendiri merupakan nama ayah dari
Robert Stephenson Smyth Powell, namun nama Baden Powell sendiri di kemudian
hari menjadi nama panggilan dari Robert Stephenson Smyth Powell, yaitu Baden
Powell atau biasa dipanggil BP. Nama kecil dari BP adalah Ste, Stephe atau
Stephenson (paling sering dipanggil dengan nama Steevie) dan baru dipanggil
dengan nama Robert atau Sir Robert setelah mendapat gelar kesatria dari Raja
Inggris, Raja George V (Sunardi, 2013: 19).
Ayah BP
bernama Baden Powell yang merupakan guru besar di Universitas Oxford dan juga
sebagai pendeta, yang biasa disebut sebagai The Reverend Professor Baden
Powell. Perkawinan ayah BP dengan Eliza (meninggal tahun 1836) tidak
menghasilkan keturunan. Pada tahun 1837, ayahnya menikah lagi dengan Charlotte
Pope yang meninggal pada 1844. Pasangan ini mempunyai empat orang anak, dua
orang diambil anak oleh saudaranya sepeninggal ibunya dan tinggal di Irlandia,
sedangkan yang dua orang lagi yaitu Charlotte Elizabeth dan Baden Henry tetap
ikut ayahnya. Kemudian ayah BP menikah dengan Henrietta Grace Smyth, ibu BP,
anak seorang laksamana yang juga seorang astronomer bernama William Henry
Smyth. BP bersaudara berjumlah 12 orang, dan BP merupakan anak ke 10
(Djojodibroto, 2012: 102).
Profesor Baden
Powell meninggal saat BP berumur 3 tahun[3].
Sepeninggal ayahnya, ibu BP mengambil keputusan untuk mengganti nama keluarga
Powell menjadi Baden-Powell. Dengan demikian, nama BP yang sebelumnya Robert
Stephenson Smyth Powell menjadi Robert Stephenson Smyth Baden-Powell
(Djojodibroto, 2012: 103). Tidak ada yang menonjol pada BP semasa kecil, BP
tergolong murid yang biasa-biasa saja, bukan yang terpandai namun malah sering
mendapatkan peringatan dari guru-gurunya karena ketertarikannya bukan pada
pelajaran-pelajaran pokok, tetapi kepada olah raga, hidup di luar, dan bermain
sandiwara.
Setelah
menemui banyak kesulitan dalam memilihkan sekolah yang tepat untuk Baden Powell
seperti Rugby atau Eton, akhirnya Nyonya Henrietta Grace memasukkan Baden
Powell ke Charterhouse School di tahun 1870. Di Chaeterhouse, BP sangat
populer, selain pandai dalam belajar hingga meraih beasiswa, ia juga mengikuti
banyak kegiatan ekstrakurikuler seperti marching band, klub menembak (Rifle
Corps), teater, kegemarannya ini terus digeluti hingga berbagai pementasan
drama bersama sahabatnya Kenneth Mc Laren, melukis dan menggambar,
gambar/ilustrasi selalu mengisi berbagai karya tulisnya, serta juga menjadi
kiper kesebelasan Charterhouse (Sunardi, 2013: 21). Dari kegiatan-kegiatannya
di masa SMA yang banyak memberikan pengalaman untuk hidup itulah yang menjadi
dasar nantinya bagaimana pengalaman BP dijadikan sebagai dasar pola pendidikan
Kepanduan kelak nantinya.
BP sejak kecil
sudah banyak mengagumi karya-karya ilmuan terkenal pada zamannya, seperti
Charles Darwin, Babbage, George Elliot, G.H. Lewes, dan James Martineau. Mereka
adalah ilmuan terkenal, seperti Charles Darwin yang menulis buku “The Book of
Nature” dengan teori evolusinya. Babbage menulis tentang ilmu-ilmu kependudukan
(populasi) (Sunardi, 2013: 20). Dari latar belakang tersebut, tokoh-tokoh
tersebut secara tidak langsung memengaruhi pemikiran dan tindak laku BP. BP
adalah seorang yang bertipe pekerja keras, tidak mudah putus asa dan penolong.
Ketika
masa-masa lulus SMA, dan mendaftar di perguruan tinggi, BP tidak diterima di
Universitas Oxford untuk mengikuti jejak ayah dan saudara-saudaranya, padahal
jelas bahwa ayahnya merupakan salah seorang guru besar di Universitas Oxford.
Namun saat mendaftar menjadi calon perwira, ia diterima dan masuk ke The
Sandhurst Royal Military College[4].
Karena merupakan calon yang lulus mendapat rangking, maka setelah tiga bulan ia
diangkat menjadi perwira berpangkat sub-lieutenant[5]
dan diberangkatkan ke India bergabung dengan The 13th Hussars (suatu
resimen kavaleri) pada 30 Oktober 1876 saat ia berumur 19 tahun (Djojodibroto,
2012: 104). Pengalaman di ketentaraan inilah yang nantinya akan banyak
memengaruhi perkembangan berdirinya Gerakan Kepanduan di Inggris (Sunardi,
2013: 21).
Setelah dua
tahun di India, BP menderita diare kronik dan terpaksa cuti sakit dan kembali
ke Inggris. Setelah sembuh, BP ditugaskan ke Afganistan di mana ia pernah
dioperasi untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di kakinya karena
kesalahannya sendiri. Tak lama kemudian, resimen The 13th Hussars
ditugaskan kembali ke India di Kota Muttra. Di sini pada umur 26 tahun, BP
mendapat promosi menjadi Kapten. Pada tahun 1884 resimennya ditugaskan ke
Afrika Selatan. BP mendapatkan tugas dalam secret reconnaissance mission selama
satu tahun, dua tahun berturut-turut ditugaskan sebagai intelejen di Rusia,
Jerman, Belgia, dan Perancis. Pada tahun 1888, BP ditarik dan bergabung dengan
Jenderal Smyth (yang masih pamannya sendiri) di Afrika Selatan. Tugasnya adalah
menangkap Dinizulu[6]
seorang kepala suku Zulu dan membebaskan Mr. Pretorius, Mr. Pretorius dapat
dibebaskan namun Dinizulu tidak dapat ditangkap[7]
(Djojodibroto, 2012: 104). Antara BP dan Dinizulu saling menghormati. BP sangat
mengagumi suku Zulu yang pemberani dan sikap suku ini mengilhami BP untuk
diajarkan kepada pandu-pandunya. Prajurit Zulu memberi nama BP, “M’hlalapanzi
atau Himlalapanzi” yang artinya orang yang menembak sambil berbaring, juga
sebagai “Kantakye” yang artinya orang yang bertopi lebar (Djojodibroto,
2012: 105). Karena keberaniannya, BP mendapat julukan “Impeesa” dari
suku-suku setempat seperti Zulu, Ashanti, dan Metabele, Impeesa berarti
Serigala yang tak pernah tidur. Hal ini disebabkan karena sifat waspada,
cekatan, dan keberanian BP (Sunardi, 2013: 23).
Pada bulan
November 1895, BP ditugaskan ke Gold Coast (Ghana) menghadapi perlawanan suku
bangsa Ashanti dan BP dianglat menjadi letnan kolonel. Pada 2 Mei 1896, BP
berangkat ke Afrika Selatan di Kaapstadt untuk menenangkan pergolakan di
Matabeleland, di sana BP mendapatkan pelajaran tentang keadilan dan rasa kemanusiaan
yang mendalam. Di Afrika Selatan ini, pada umur 39 tahun BP dipromosikan
menjadi kolonel dan ditugaskan ke Dublin dan kemudian dipindahkan ke India
menjadi komandan The 5th Dragoons. Pada Mei 1899, BP kembali ke
London, tetapi baru dua minggu ditugaskan lagi ke Afrika Selatan menjadi
commander in chief tentara Inggris di perbatasan Rhodesia[8].
Selama 217 hari, BP memimpin penduduk Kota Mafeking yang dikepung dan
dibombardir sejak 11 Oktober 1899 sampai 17 Mei 1900 oleh bangsa Boer[9].
BP dinilai sukses dan dianggap sebagai pahlawan bangsa Inggris. BP diangkat
menjadi mayor jenderal pada umur 43 tahun. Pada Juni 1907 BP diangkat menjadi
letnan jenderal (Djojodibroto, 2012: 106-109).
Di kalangan
masyarakat, buku tulisan BP Aids to Scouting yang ditujukan untuk
kalangan militer ternyata menarik dan dibaca oleh masyarakat sipil utamanya
remaja. Oleh karena BP berfirasat kultur militer tidak cocok untuk masyarakat
sipil, maka pada tahun 1908 BP menerbitkan Scouting fo Boys, yaitu Aids
to Scouting versi sipil. Pada tahun 1908 diselnggarakan perkemahan kedua di
Brownsea Island. Tahun 1909 BP mendapat gelar kebangsawanan Sir, sehingga
namanya menjadi Sir Robert Baden Powell. Tanggal 7 Mei 1910 BP pensiun dari
tentara dengan pangkat letnan jenderal. Pada 1912, ketika berumur 55 tahun, BP
menikah dengan Miss Olave Saint Soames, saat itu isterinya berumur 23 tahun.
Pada tahun 1929, dianugerahi gelar kebangsawanan Lord sehingga nama BP menjadi
Lord Robert Baden Powell of Gilwell (Djojodibroto, 2012: 109-110).
Lahirnya Gerakan Kepanduan
Kepanduan
adalah suatu sistem pendidikan kewarganegaraan dengan jalan
permainan-permainan, untuk putera dan puteri. Sistem kepanduan diketemukan oleh
Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Pendidikan ini sekarang diselenggarakan
oleh Gerakan Kepanduan untuk Putera[10]
dan Gerakan Kepanduan untuk Puteri[11].
Tujuan kepanduan adalah menjadikan anak menjadi warganegara yang bermutu,
utamanya dalam karakter dan kesehatannya, mempersiapkan manusia yang sehat
jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi, bukan mencetak pemimpin. Dari
manusia yang berbudi inilah timbul pemimpin dengan sendirinya yang berakhlak
mulia (Djojodibroto, 2012: 7). Menurut Baden Powell dalam Djojodibroto (2012:
9), seburuk-buruknya manusia, ia masih
mempunyai paling sedikit sifat baik sebesar 5%. Kewajiban pendidik atau
pemimpin pandu adalah membuat yang 5% menjadi 80% atau 90%.
Dalam buku
“B—P’s Out Look”, di dalamnya terdapat pendapat dari pencipta pendidikan
kepramukaan, Lord Baden Powell yang berbunyi sebagai berikut:
”SCOUTING is
not a science to be solemnly studied, NOR is it a collection of doctrine and
texts. NO! It is a jolly game in the out of doors, where boy-men dan boy can go
adventuring together as leader and younger brothers packing up health and
happiness, handicraft and help-fulness”.
Kepramukaan
bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun, bukan pula merupakan
suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Bukan! Kepramukaan
adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa
dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak adik,
membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan memberi
pertolongan (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1983: 21).
Menurut
Resolusi Konperensi Kepramukaan Sedunia tahun 1924, di Kopenhagen Denmark dalam
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1983: 21-22), menyatakan bahwa kepramukaan
mempunyai tiga sifat atau ciri khas yaitu sifat:
1.
Nasional, yang berarti bahwa suatu organisasi
yang menyelenggarakan pendidikan kepramukaan di suatu negara haruslah
menyesuaiakan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan
masyarakat, bangsa dan negara itu. Bahkan di Indonesia yang sangat luas
wilayahnya ini, pendidikan kepramukaan disesuaikan dengan keadaan dan
kepentingan masyarakat setempat. Inilah yang membedakan pelaksanaan pendidikan
di daerah-daerah dan di negara-negara lain.
2.
Internasional, yang berarti bahwa organisasi
kepramukaan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa
persaudaraan dan persahabatan antara sesama pramuka dan sesama manusia, tanpa
membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
3.
Universal, yang berarti bahwa kepramukaan
dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja,
yang dalam pelaksanaan pendidikannya selalu menggunakan prinsip dasar metodik
pendidikan kepramukaan.
Menjelang
berakhirnya abad ke-19 dan awal abad ke-20, suasana di Inggris masih terasa
pait akibat adanya revolusi industri. Lingkungan sekitar tidak menguntungkan
bagi perkembangan anak, banyak anak yang rusak karena pengaruh lingkungan
(Djojodibroto, 2012: 60). Ketika BP meninggalkan negerinya untuk ke India
pertama kalinya, Inggris dalam keadaan makmur, tetapi saat ia kembali, keadaan perdagangan
lesu, gaji buruh rendah, banyak pengangguran, banyak orang suka merokok tidak
henti-hentinya, banyak remaja melakukan vandalisme, pemabuk, dan pelaku
kriminal, banyak orang dan anak pucat, berdada kempis, bungkuk, perokok, suka
bertaruh dan berjudi (Djojodibroto, 2013: 108).
Keluarga van
Raalte (Mr dan Mrs Charles van Raalte) mempunyai sebuah pulau di seberang
pantai Dorset di Poole Harbour yang namanya Brownsea Island. Baden Powell (BP)
meminjamnya untuk perkemahan anak-anak. Yang diajaknya berkemah adalah anak
atau keponakan teman-teman BP di tentara dan anggota Boy’s Brigade di Kota
Poole dan Bournemouth. Pada 31 Juli 1907, BP bersama sahabatnya Kenneth McLaren
dan 22 orang anak menyelenggarakan perkemahan di Pulau Brownsea selama 10 hari.
Tanggal 31 Juli 1907 itu kelak dianggap sebagai hari lahirnya gerakan Boyscout.
Pada 9 Agustus 1907 perkemahan diakhiri dengan mengundang orang tua pada
anggota regu kemah. Sejak itu, banyak anak yang berminat untuk berkemah dan
menjadi anggota perkemahan. Era sebelum adanya perkemahan di Brownsea Island,
tak seorang pun yang suka berkemah selain serdadu ( Djojodibroto, 2012: 61-64).
Pada tahun
1908 dilakukan lagi perkemahan di Brownsea Island. Para pecinta gerakan semacam
ini terus bertambah sampai suatu ketika ada tanggal 4 September 1909 saat
dilaksanakan The Crystal Palace Rally yang diikuti oleh 11.000 remaja,
BP disambut dengan raungan selamat datang dari pandu-pandunya dan ribuan topi
yang berputar di atas tongkat pandu. Saat BP membaca telegram ucapan selamat
dan harapan dari Raja Edward VIII, suasana menjadi hening. Suasana yang
mengawali hubungan yang erat antara kepanduan denga keluarga Raja Inggris.
Suasana hening yang diciptakan oleh beribu-ribu anak ini hanya dapat terjadi
bila anak bersikap disiplin, sikap yang diupayakan oleh gerakan kepanduan.
Sejak saat itu kepanduan berkembang dengan pesatnya, tidak hanya di Britania
dan daratan Eropa, tetapi menyeberang ke benua Amerika, selanjutnya ke seluruh
dunia (Djojodibroto, 2012: 67).
Selain
mendirikan kepanduan putera, BP juga mendirikan kepanduan untuk puteri dengan
dibantu oleh adik perempuannya, Agnes Baden Powell yang kemudian hari
dilanjutkan oleh Lady Baden Powell. Kepanduan siaga didirikan pada tahun 1916
dengan ilustrasi kegiatannya diambil dari buku yang terkenal karya Rudyard
Kipling “The Jungle Book” yang berisikan cerita tentang petualangan
Mowgli si anak serigala beserta teman binatangnya, Bagheera si Macan Kumbang
dan juga Bugaloo si Beruang. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918 BP
mendirikan kepanduan untuk golongan penegak (Rover Scouts). Untuk meningkatkan
kualtas para Penegak, BP menulis buku berjudul Rovering To Success
(Mengembara Menuju Keberhasilan) di tahun 1922. Buku ini berkisah tentang
petualangan seorang anak muda yang sedang berperahu menuju sebuah pantai (BP
menyebutnya Pantai Bahagia) dengan melewati berbagai rintangan berbentuk
karang-karang tajam (karang kehidupan[12])
yang berbahaya dan selalu menghalangi laju perahu pemuda tersebut (Sunardi,
2013: 33).
Pada tahun
1914 hingga tahun 1919, BP menulis buku petunjuk untuk pembina. Pada tahun
1919, BP menerima sebidang tanah dari salah seorang sahabatnya, William F.
DeBois Mc. Laren untuk dipergunakan sebagai tempat bermain dan berlatih. Taman
ini diberi nama Gilwell Park[13]
(Sunardi, 2013: 33). Kita ketahui bahwa pada tahun 1914 hingga tahun 1918
terjadi Perang Dunia I (dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November
1918). Banyak buku yang dihasilkan oleh BP sejak 1885 hingga 1940 dan yang
terkenal adalah Aids to Scouting untuk para tentara yang sampai sekarang
juga masih digunakan para tentara untuk berlatih di alam. Sedangkan untuk para
pandu yang sejenis dengan Aids to Scouting namun digunakan untuk sipil
berjudul Scouting for Boys yang sampai sekarang menjadi rujukan
pandu-pandu.
Pada tahun
1920, dibentuklah Dewan Internasional yang mempunyai sembilan anggota dan
kantor pusatnya di London, Inggris. Kemudian Dewan Internasional berubah
menjadi Biro Kepanduan Sedunia (World Scout Buereau) yang di tahun 1958 kantor
pusatnya berkedudukan di Kota Ottawa, Kanada. Pada tahun itu juga, tepatnya
tanggal 1 Mei 1958 kantor pusatnya dipindahkan lagi ke Jenewa, Swiss (Sunardi,
2013: 34).
Selama Perang
Dunia II (1939-1945) the Boy Scout berpartisipasi dalam banyak kegiatan sipil.
Program-program lainnya antara lain meningkatkan keterampilan dalam pengetahuan
tentang hewan dan tumbuhan, berenang, pertolongan pertama, bersemboyan, dan
aktivitas lainnya (Sunardi, 2013: 3).
Sejarah Jambore Dunia
Pertemuan
besar untuk para Pandu (Pramuka Penggalang) dinamakan Jambore. Jambore[14]
diambil dari bahasa Swahili salah satu suku di Afrika yang artinya adalah
pertemuan besar. Lord Robert Stephenson Smyth Baden-Powell pendiri Gerakan
Kepanduan merencakanan sebuah kegiatan khusus untuk mengumpulkan semua pandu
dari berbagai negara untuk memperingati peringatan tahun ke-10 perkemahan di
Pulau Brownsea, yaitu pada tahun 1917. Pada 1917, Jambore masih merupakan
rencana, karena kondisi dunia pada waktu itu masih berkecamuk Perang Dunia
pertama sejak 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918. Sehingga, tidak mungkin
mengumpulkan para pandu sedunia untuk mengadakan pertemuan besar.
Dikarenakan
pada masa Perang Dunia I, di mana banyak sekali Pandu yang gugur, sehingga
pertemuan Pandu (Jambore) pertama baru diselenggarakan pada tahun 1920 yang
diselenggarakan di Olimpia London Inggris yang diikuti oleh 8000 Pandu dari 34
negara (Sunardi, 2013: 43). Pada Jambore ini BP dinobatkan sebagai Chief of
the World atau Bapak Pandu Sedunia (Djojodibroto, 2012: 117). Jambore
merupakan sebutan internasional untuk pertemuan besar para pandu. Sejak tahun
1920, Jambore Dunia telah dilaksanakan setiap empat tahun sekali, kecuali pada
masa Perang Dunia II[15],
dan dilaksanakan berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain di seluruh
dunia (Sunardi, 2013: 43).
Hingga tahun
2011, Jambore Dunia telah diadakan dari negara satu ke negara lain seluruh
dunia sebanyak 22 kali mulai tahun 1920 hingga 2011. Perkembangan Jambore Dunia
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jambore Pandu
Sedunia I di Olympia pada tahun 1920.
2. Jambore Pandu
Sedunia II dilaksanakan di Ermelunden, Kopenhagen, Denmark pada 9-17 Agustus
1924.
3. Jambore Pandu
Sedunia III di Arrowe Park, Birkenhead, Inggris pada 1929.
4. Jambore Pandu
Sedunia IV di Godollo, Hongaria pada 2-13 Agustus 1933.
5. Jambore Pandu
Sedunia V di Vogelenzang, Bloemendaal, Belanda pada 1937. Pada Jambore Pandu
Sedunia V ini diikuti juga oleh pandu-pandu dari Nusantara ketika bangsa
Indonesia masih dalam penjajahan.
6. Jambore Pandu
Sedunia VI di Moisson, Prancis pada 1947.
7. Jambore Pandu
Sedunia VII di Salzkammergut, Bad Ischl, Austria pada 3-12 Agustus 1951.
8. Jambore Pandu
Sedunia VIII di Niagara, Kanada pada 1955 yang merupakan Jambore pertama yang
dilaksanakan di luar Eropa.
9. Jambore Pandu
Sedunia IX di Sutton Park, Inggris pada 1957 yang merupakan peringatan
kepanduan.
10. Jambore Pandu
Sedunia X di Mt. Makiling, Los Banos, Laguna, Filipina pada 1959 yang merupakan
Jambore Pandu Sedunia yang pertama kali diadakan di benua Asia.
11. Jambore Pandu
Sedunia XI di Marathon, Yunani pada 1963.
12. Jambore Pandu
Sedunia XII di Farragut State Park, Idaho, Amerika Serikat pada 1967.
13. Jambore Pandu
Sedunia XIII di Asagiri Heights, Jepang pada tahun 1971.
14. Jambore Pandu
Sedunia XIV di Lake Miosa, Lillehammer, Norwegia pada 1975.
15. Jambore Pandu
Sedunia XV yang seharusnya dilaksanakan di Iran pada tahun 1979 tidak
dilaksanakan karena terjadi revolusi Iran, Raja Iran yang pada waktu itu Shah
Rexa Pahlevi digulingkan rakyatnya dan digantikan Imam Komeini. Namun, pada
1983 dilaksanakan di Kananaskis Country, Alberta, Kanada.
16. Jambore Pandu
Sedunia XVI di Cataract Scout Park, New South Wales pada 30 Desember 1987
sampai 7 Januari 1988.
17. Jambore Pandu
Sedunia XVII di Mount Sorak National Park, Korea pada 1991. Pandu-pandu dari
negara yang dahulunya komunis menjadi peserta untuk pertama kalinya sejak tahun
1947.
18. Jambore Pandu
Sedunia XVIII di Flevoland, Negeri Belanda pada 1995.
19. Jambore Pandu
Sedunia XIX di Picarquin, Chili pada 1999.
20. Jambore Pandu
Sedunia XX di Sattahip, Muangthai pada 2003.
21. Jambore Pandu
Sedunia XXI di Chelmsford Inggris pada 2007.
22. Jambore Pandu
Sedunia XXII di Rinkaby, Swedia pada 27 Juli sampai 7 Agustus 2011.
Kepanduan Berkembang di Indonesia hingga
menjadi Gerakan Pramuka
Wabah Pramuka
(scout) di dunia diawali oleh Lord Robert
Boden Powel of Gilwell yang dinobatkan sebagai bapak Pramuka dunia. Dengan
Gagasannya yang cemerlang dan menarik, akhirnya menyebar ke berbagai negara
termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Setelah merdeka nama Padvinder
berubah menjadi organisasi kepanduan dan terpecah menjadi 3 himpunan
organisasi. Baru tahun 1961, kepanduan – kepanduan tersebut melebur menjadi
satu membentuk gerakan pramuka (Putro, 2014: 1).
Kepanduan
masuk ke Indonesia (pada waktu itu masih Hindia Belanda) pertama kali dibawa
oleh orang Belanda. Boyscout yang dalam bahasa Belanda disebut Padvinder
berdiri di Hindia Belanda pada 1912 dengan nama Nederlandsche Padvinders
Organisatie (NPO). Pada 1914 namanya diubah menjadi Nederlandsche Indische
Padvinders Vereniging (NIPV). Banyak anak lelaki menjadi anggota padvinder
termasuk anak lelaki bukan orang kulit putih, yaitu anak-anak orang bumiputera
(pribumi atau inlander) (Djojodibroto, 2012: 72).
Bangsa
Indonesia mulai tertarik pada organisasi tersebut dan karena sifatnya yang
universal, maka organisasi kepanduan dapat dengan cepat diterima oleh bangsa
Indonesia, apalagi kondisi pada waktu itu sangat memungkinkan. Para remaja dan
pemuda Indonesia membutuhkan suatu organisasi yang dapat menampung aspirasi
mereka terhadap tanah airnya (Sunardi, 2013: 37). Melihat banyak peminatnya dan
memang sangat bermanfaat, maka lahir gerakan padvinderij lainnya. Mangkoenegoro
VII pada tahun 1916 mendirikan Javaansche Padvinders Organisatie (JPO), di
daerah Kasunanan Sala lahir Troeno Kembang. Pada tahun 1918 lahir Padvinder
Moehammadijah yang berubah nama menjadi Hizboelwathan pada tahun 1920. Sarekat
Islam membentuk Wira Tamtama yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam
Afdeling Padvinderij. Jong Java cabang Mataram membentuk Jong Java Padvinderij
(JJP) pada tahun 1921. Jong Islamieten Bond (JIB) membentuk Nationale
Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) (Djojodibroto, 2012: 72). Dilihat dari
beberapa organisasi politik yang mendirikan kepanduan, hal tersebut berarti
adanya kesadaran dari para pemimpin organisasi politik untuk mengembangkan
kegiatan kepemudaan yang bersifat positif guna membentuk semangat kebangsaan
Indonesia.
Pada tahun
1923, para pimpinan padvinderij yang berazazkan memerdekakan bangsa bertemu di
Bandung. Pada tanggal 3 April 1926 di Yogyakarta diadakan pertemuan antara NIPV
dan organisasi padvinderij yang berazaz menuju kemerdekaan bangsa. Dalam
pertemuan tersebut, terbentuklah Nationale Padvinders Organisatie (NPO), bukan Nederlands
Padvinders Organisatie yang juga disingkat NPO yang lahir 1912 yang telah
menjadi NIPV. Beberapa anggota NPO membentuk Jong Indonesisch Padvinders
Organisatie (JIPO). Pada tahun 1928 NPO dan JIPO bergabung menjadi Indonesisch
Nationale Padvinders Organisatie (INPO). Pertemuan ini tidak menghasilkan
kesepakatan, malahan pemerintah Hindia Belanda melarang organisasi padvinderij
yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa menggunakan kata padvinderij dan
padvinderij untuk organisasinya (Djojodibroto, 2012: 72-73). Pada masa
pemerintah Hindia Belanda tidak pula kelewatan untuk mengawasi
organisasi-organisasi yang berkembang. Pandu-pandu diperkenankan berkemah,
tetapi tidak boleh mengadakan pidato-pidato. Demikianlah pidato atau uraian
mengenai sejarah perjuangan Diponegoro dilarang (Rutgers, 2012: 66).
Haji Agus
Salim seorang pemimpin Sarekat Islam mengusulkan agar bangsa Indonesia
mengganti saja kata padvinder dengan kata “pandoe” sedangkan untuk padvinderij
dengan kata “kepandoean” (Djojodibroto, 2012: 73). Istilah Pandoe (Pandu) dan
Kepandoean (Kepanduan) dikemukakan pertama kali dalam kongres SIAP tahun 1928
oleh Haji Agus Salim di Kota Banjarnegara, Banyumas, Jawa Tengah (Sunardi,
2013: 38). Pada tanggal 23 Mei 1928, Dr. Moewardi, Mr. Soenarjo, Mr. Kasman
Singodimedjo, Ramelan mengadakan pertemuan yang akhirnya menghasilkan federasi
kepanduan yang dinamakan Persaoedaraan Antara Pandoe-Pandoe Indonesia disingkat
PAPI (Djojodibroto, 2012: 73). Di tahun yang sama, tepatnya pada Kongres Pemuda
II pada 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda, lagu Indonesia Raya
pertama kali dikumandangkan dan sekarang menjadi lagu kebangsaan Indonesia yang
dalam baitnya menyebut kata pandu beberapa kali.
Pada 13
September 1930, lahir Kepandoean Bangsa Indonesia sebagai peleburan dari Pandoe
Kebangsaan (PK), Pandoe Soematra (PPS) dan INPO. Pada 3 April 1938, di Solo ada
pertemuan PAPI dan KBI yang menghasilkan Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan
Indonesia (BPPKI) yang merencanakan Perkemahan Kepandoean Indonesia Oemoem (Perkino)
pada 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta. Saat pendudukan Jepang, pemerintahan
Militer Jepang melarang berdirinya kepanduan. Kongres Kesatuan Kepanduan
Indonesia dilaksanakan di Surakarta pada 27-29 Desember 1945 yang dihadiri oleh
KBI, HW, SIAP, NATIPIJ, JPO, KAKI, Taruna Kembang, Tri Darma, Al wathoni,
Hizbul Islam, Sinar Pandoe Kita, Kepandoean Rakjat Indonesia, Pandoe
Kasoeltanan, Pandoe Indonesia, dan Pandoe Pasoendan untuk mendirikan Pandoe
rakjat Indonesia pada 28 Desember 1945[16]
(Djojodibroto, 2012: 73-75).
1 Pebruari
1947 Menteri PP dan K menetapkan Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya
organisasi kepanduan di Indonesia, namun kenyataannya pada tahun 1950 banyak
organisasi kepanduan yang muncul kembali, yang akhirnya didirikanlah Ikatan
Pandu Indonesia (IPINDO) pada 16 September 1951. Pada 1953, IPINDO diterima
sebagai anggota dari Biro Kepanduan Sedunia (Djojodibroto, 2012: 77). Pada
perkembangan berikutnya, dalam usaha penyatuan kembali kepanduan-kepanduan yang
ada di Indonesia dalam satu kepanduan, dilakukan dengan banyak usaha. Pada
tahun 1961 merupakan tonggak awal penyatuan kepanduan menjadi satu wadah yaitu
Gerakan Pendidikan Kepanduan Praja Muda Karana (Gerakan Pramuka). 9 Maret 1961
diperingati sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka, karena merupakan titik awal terbentuknya
Gerakan Pramuka. 20 Mei 1961 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional turun
Keppres RI Nomor 238 tentang Gerakan Pramuka dan merupakan Hari Awal Tahun Kerja
Gerakan Pramuka. 31 Juli 1961 berkumpulnya pandu-pandu Indonesia berikrar
meleburkan diri menjadi satu yang kemudian dikenal dengan Hari Ikrar Gerakan
Pramuka. 14 Agustus 1961, secara resmi Gerakan Pramuka diperkenalkan di seluruh
Indonesia dengan ditandai penganugerahan Panji Gerakan Pramuka oleh Presiden
Soekarno, dan diperingati sebagai Hari Pramuka.
Pada
perkembangannya, selain Pramuka Indonesia aktif dalam berbagai kegiatan WOSM,
Pramuka Indonesia juga aktif membuat kegiatan yang bersifat internasional.
Berawal dari tahun 1978 di selenggarakan Perkemahan Wirakarya Asia Pasifik di Lebakharjo Ampel Gading Kabupaten
Malang pada 18 Juni hingga 19 Juli 1978 (Putro, 2014: 58). Pendidikan
damai oleh UNESCO mulai dimunculkan pada tahun 1989 dan pada tahun-tahun
sebelum itu UNESCO sudah memulai menyebarkan berbagai penelitian ke berbagai
negara khususnya negara-negara ASEAN. Di Indonesia, Pendidikan Pramuka terpilih
menjadi salah satu model pembelajaran pendidikan damai (Putro, 2014: 102-103).
1st World Comdeca (Community
Development Camp) atau Perkemahan Wirakarya Dunia I adalah kegiatan perkemahan
penegak pandega tingkat dunia yang diadakan di Desa Lebakharjo Kecamatan
Ampelgading Kabupaten Malang. 1st World Comdeca merupakan realisasi
dari Resolusi No. 17 Konferensi Kepramukaan Putra sedunia di Paris tahun 1990,
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka diberikan kepercayaan untuk menyelenggakan The
1st World Community Development Camp 1993 (1st
World Comdeca 1993) (Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, 1992: 1). Kegiatan tersebut berlangsung pada tanggal 26 Juli hingga 8 Agustus 1993.
Kegiatan 1st World Comdeca
ini sebelumnya didahului dengan kegiatan Peran Saka Nasional yang dilaksanakan
pada tanggal 1-10 Juli 1993 yang dimaksudkan sebagai uji coba kegiatan sebelum 1st World Comdeca
dilaksanakan. 1st World
Comdeca merupakan kelanjutan dari Perkemahan Wirakarya Asia Pasifik (PW
Aspac) yang dilaksanakan pada tahun 1978 (Putro, 2014: 116-117).
Penutup
Kepanduan yang
lahir di Inggris dari pemikiran seorang tentara Inggris dapat diterima tidak
hanya di Inggris bahkan di luar Inggris dan menyebar ke seluruh dunia sampai
Indonesia. Kalau kita lihat, hal tersebut sama halnya dengan perkembangan
bahasa dunia, bahasa Inggris menjadi bahasa internasional utama di seluruh
dunia. Sama halnya dengan kepanduan yang mampu menyebar ke berbagai negara di
seluruh dunia, tidak hanya dunia barat namun juga dunia timur.
Pemikiran-pemikiran
Baden Powell tentang kegiatan pendidikan untuk mendidik pemuda pun masih dapat
diterima dan eksis sampai sekarang. Bahkan buku-buku karangannya pun masih
menjadi rujukan bagi yang menyenangi kegiatan alam, maupun bagi para tentara
yang menempuh pendidikan militer. Jambore yang merupakan salah satu kegiatan
yang mengumpulkan seluruh perwakilan pandu dari seluruh dunia merupakan
kegiatan yang mampu mengakrabkan seluruh anggota pandu seluruh dunia.
Kepanduan
dapat diterima di Indonesia tidak langsung seperti Gerakan Pramuka sekarang.
Banyak perjalanan hidup kepanduan di Indonesia yang juga berperan dalam sejarah
perjuangan bangsa Indonesia. Pandu dalam kiprahnya telah memiliki peran penting
dalam merebut, memperjuangkan, mempertahankan, serta membangun Indonesia.
Hingga saat ini, pandu Indonesia yang menjadi Gerakan Pramuka Indonesia masih
eksis dan terus berkembang terutama dalam dunia pendidikan.
Daftar Rujukan
Djojodibroto,
R. Darmanto. 2012. Pandu Ibuku: Mengajarkan Budi Pekerti, Membangun Karakter
Bangsa. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka. 1983. Bahan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat
Lanjutan. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka. 1992. Rencana Kegiatan The 1st World Community
Development Camp 1993.
Putro, Rendy
Wahyu Satriyo. 2014. Historiografi Gerakan Pramuka: Penelitian Sejarah
Gerakan Pramuka IKIP Malang (1980-1999). Malang: Penerbit NAMS.
Rutgers, S.J.
2012. Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sunardi, Andri
Bob. 2013. Boyman: Ragam Latih Pramuka. Bandung: Penerbit Nuansa Muda.
[1]
Artikel Kapita Selekta Sejarah Dunia
[2] S2
Pendidikan Sejarah, NIM 140731807518
[3] 11
Juni 1860
[4] BP
memutuskan untuk bergabung dengan dinas kemiliteran atas bantuan pamannya,
Kolonel Henry Smyth, komandan dari Royal Military Academy di Woolwich (Sunardi,
2013: 21).
[5]
Pembantu letnan
[6]
Dinizulu adalah Raja Zulu sejak 1884-1889 yang merupakan putra Raja Zulu
Cetshwayo, beraliansi dengan para Afrikaners (orang kulit putih keturunan
Belanda) dan bersengketa dengan sepupunya, Zibhebhu yang didukung Inggris
(Sunardi, 2013: 23).
[7]
Pada akhirnya Dinizulu menyerah juga dan diasingkan ke St. Helena
(Djojodibroto, 2012: 104). Dinizulu dituduh bersalah melakukan penghianatan
sehingga diasingkan selama 10 tahun dan dibebaskan tahun 1910 karena dianggap
tidak bersalah. Dinizulu akhirnya meninggal pada tahun 1913 (Sunardi, 2013:
23).
[8]
Tugas ini yang menyebabkan BP dikenal sebagai pahlawan untuk bangsa Inggris.
[9]
Bangsa Boer adalah Bangsa Eropa keturunan Belanda yang lahir dan besar di
Afrika. Sekarang bangsa Boer banyak tinggal di Afrika Selatan (Sunardi, 2013:
22).
[10]
World Organization of Scout Movement (WOSM).
[11]
World Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS).
[12]
Karang kehidupan tersebut adalah wanita, perjudian, minuman keras dan rokok,
mementingkan diri sendiri (egois) dan mengorbankan orang lain, tidak bertuhan
(atheis).
[13]
Didirikan pada 26 Juli 1919
[14]
Jambo yang berarti hello.
[15]
Pada 1939-1947 tidak ada penyelenggaraan Jambore disebabkan situasi dunia pawa
waktu itu tidak memungkinkan akibat terjadi Perang Dunia II.
[16]
28 Desember diakui sebagai “Hari Pandu” bagi seluruh Indonesia.
terimaksih , sangat membantu :)
BalasHapus