Gerakan Pramuka sebagai Pembelajaran
Pendidikan Berkarakter yang Berwawasan Kebangsaan dan Tantangannya di Era
Modernisasi
Rendy Wahyu Satriyo Putro[1]
Pendahuluan
Gerakan Pramuka adalah wadah kegiatan kepemudaan di Indonesia yang
bertujuan untuk membentuk kader-kader pembangunan yang berjiwa Pancasila. Pramuka
adalah kawah candradimuka untuk membentuk karakter pemuda bangsa yang kuat. Menurut
Keppres No. 238 Tahun 1961, Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya badan di
wilayah NKRI yang diperbolehkan menyelenggarakan kepramukaan bagi anak dan
pemuda Indonesia; organisasi lain yang menyerupai, yang sama, dan sama sifatnya
dengan Gerakan Pramuka dilarang adanya.
Dalam sejarahnya, Pramuka menjadi salah satu ajang dan kekuatan
non-formal yang mampu bertahan dalam segala cuaca politik dan ekonomi sehingga
keberadaannya harus diperhitungkan sebagai institusi strategis yang dimiliki
bangsa Indonesia. Institusi strategis yang dimaksud adalah sebagai salah satu
benteng penting dalam menjaga nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia (Alfitra
Salamm, 2011: 1).
Pada era modernisasi sekarang ini, keberadaan Pramuka sangat dibutuhkan
untuk membentengi pengaruh-pengaruh asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia. Namun, banyak tantangan yang harus dihadapi dan
perlu adanya pengembangan yang berkelanjutan dalam pembinaan pendidikan
kepramukaan.
Pendidikan Berkarakter dalam Gerakan
Pramuka
Pendidikan kepramukaan dilaksanakan berdasarkan pada nilai dan
kecakapan dalam upaya membentuk kepribadian dan kecakapan hidup Pramuka (UU RI
Nomor 12 Tahun 2010 Bab III Pasal 5). Pendidikan kepramukaan merupakan proses
belajar mandiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi
seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial,
intelektual dan fisik (Genderang, 2011: 27).
Sifat-sifat dalam Pramuka tercermin dalam Tri Satya dan Dasa Dharma.
Dalam lagu Satya Dharma Pramuka yang berbunyi, “Kami Pramuka Indonesia, manusia
Pancasila, Satyaku kudharmakan, Dharmaku ku baktikan, agar jaya Indonesia,
Indonesia Tanah Airku, kami jadi pandumu”. Apabila kita kaji, terdapat berbagai
persamaan dengan lagu kebangsaan Indonesia yaitu Indonesia Raya. Pramuka yang
bertanah air Indonesia yang juga menjadi Pandu Ibu Pertiwi untuk menjadikan
Indonesia Jaya dengan mengamalkan Pancasila melalui Tri Satya dan Dasa Dharma.
Kode kehormatan Pramuka merupakan janji dan komitmen diri serta ketentuan moral
Pramuka dalam pendidikan kepramukaan. Kode kehormatan Pramuka terdiri atas
Satya Pramuka dan Darma Pramuka (UU RI Nomor 12 Tahun 2010 Bab III Pasal 6).
Dalam Tri Satya yang berbunyi, “Demi kehormatanku, aku berjanji akan
bersungguh-sungguh menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan mengamalkan Pancasila, menolong sesama hidup dan ikut
serta membangun masyarakat, menepati Dasa Dharma”. Dapat kita kaji bahwa
seorang Pramuka yang demi menjaga kehormatannya dia berjanji dan bersungguh-sungguh
menjalankan kewajiban terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan
Pancasila merupakan janji seorang Pramuka yang bersifat religi yang juga
memiliki jiwa nasionalisme yang berwawasan kebangsaan, karena manusia secara
fitrahnya adalah diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan (hubungan dengan
Tuhan), dan dalam kehidupan kenegaraan juga wajib menjalankan
kewajiban-kewajiban sebagai warga negara serta dalam bernegara Indonesia
memiliki ideologi, yaitu Pancasila yang juga dalam Dasa Dharma terdapat
nilai-nilai Pancasila. Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun
masyarakat merupakan hubungan Pramuka yang bermasyarakat yang merupakan bagian
yang “seharusnya” tidak dapat dilepaskan dari masyarakat, dalam hal ini
ditanamkan jiwa sosial dalam diri seorang Pramuka. Menepati Dasa Dharma yang
terdiri dari sepuluh butir perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari merupakan
sifat yang harus dimiliki oleh seorang Pramuka yang Taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan dan
kesatria; patuh dan suka bermusyawarah; rela menolong dan tabah; rajin,
terampil dan gembira; hemat, cermat, dan bersahaja; disiplin, berani, dan
setia; bertanggungjawab dan dapat dipercaya; suci dalam pikiran, perkataan, dan
perbuatan. Berbagai aspek positif terdapat dalam Dasa Dharma yang merupakan
pedoman perbuatan yang baik dari seorang Pramuka yang membentuk watak yang
baik.
Apabila kita bandingkan dengan pendidikan berkarakter menurut Suyanto
dalam Akhmad Muhaimin Azzet (2011: 29), setidaknya ada sembilan pilar karakter
yang berasal dari nilai-nilai luhur universal sebagai berikut:
1.
Cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya,
2.
Kemandirian dan tanggung
jawab,
3.
Kejujuran/amanah,
4.
Hormat dan santun,
5.
Dermawan, suka menolong,
dan kerja sama,
6.
Percaya diri dan pekerja
keras,
7.
Kepemimpinan dan keadilan,
8.
Baik dan rendah hati,
9.
Toleransi, kedamaian, dan
kesatuan.
Tri Satya dan
Dasa Dharma ternyata hampir sama dengan sembilan pilar karakter yang berasal
dari nilai-nilai luhur universal tersebut, dan kemungkinan malah lebih dari
itu. Jadi dapat kita simpulkan bahwa dalam Pramuka sejak awal telah menanamkan
pendidikan berkarakter. Namun, baru-baru ini saja pendidikan berkarakter
digembar-gemborkan, padahal dalam pelaksaaan Pendidikan Kepramukaan, pendidikan
berkarakter telah ditanamkan, tidak hanya baru-baru ini saja dengan adanya revitalisasi
pendidikan berkarakter.
Diberitakan dalam Kompas.com (14 Agustus 20011) Wakil
Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, Pramuka dapat memegang peranan
penting dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada generasi yang
akan datang. Untuk itu, ia mendorong agar semangat Pramuka ini dapat kembali bangkit
seperti beberapa tahun yang lalu. "Pramuka adalah bagian terbesar dalam penerapan
pendidikan karakter. Karena nilai-nilai yang kita cari sudah terpenuhi semua. Seperti
kejujuran, pengorbanan, empati, kecintaan pada alam, tidak ada korupsi dan sebagainya,"
kata Fasli, Jumat (12/8/2011) sore, di Jakarta.
Wawasan
Kebangsaan dalam Pendidikan Pramuka
Dalam pendidikan Pramuka mulai dari
Siaga sampai Pandega selalu ditanamkan wawasan kebangsaan. Dalam hal ini jelas
pada syarat kecakapan umum yang syarat akan wawasan kebangsaan. Misalnya saja
tentang mengetahui sejarah dan arti kiasan dari bendera Kebangsaan Indonesia,
yaitu Bendera Merah Putih; dapat menyanyikan lagu Indonesia Raya; mengetahui
sejarah dan arti lambang Negara Indonesia, mengetahui sejarah Sumpah Pemuda;
dan lain sebagainya yang merupakan inti dari pendidikan wawasan kebangsaan dalam
Pendidikan Pramuka. Selain itu, dalam seragam Pramuka sendiri dapat terlihat
sekali nasionalisme Gerakan Pramuka. Apabila di Pandu-pandu luar negeri atau
internasional, seragam hanya sebagai identitas penanda dan memakai scraf yang dianggap sebagai aksesoris
biasa. Namun beda halnya dengan Pramuka Indonesia yang seragam, lambang, dan
lain sebagainya memiliki makna wawasan kebangsaan tersendiri. Misalnya saja
setangan leher dan atau pita leher yang selalu dipakai, bukan dianggap sebagai scraf melainkan perlambang bendera Merah
Putih, sehingga sangat dihargai.
Dijelaskan dalam pembukaan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Tahun 2009:
Bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa dalam negara kesatuan yang adil dan makmur, materiil dan spiritual serta
beradab merupakan adicita bangsa Indonesia yang mulai bangkit dan siaga sejak berdirinya Boedi Oetomo pada
tanggal 20 Mei 1908. Adicita itu pulalah
yang merupakan dorongan para Pemuda Indonesia melakukan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928. Untuk lebih menggalang
persatuan merebut kemerdekaan, dan dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda
inilah Rakyat Indonesia berjuang untuk kemerdekaan nusa dan bangsa Indonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan
ini merupakan karunia dan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Bahwa
gerakan kepanduan nasional yang lahir dan mengakar di bumi nusantara merupakan
bagian terpadu dari gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia yang membentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya, gerakan kepanduan nasional Indonesia
mempunyai andil yang tidak ternilai dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
itu. Jiwa kesatria yang patriotik telah
mengantarkan para pandu ke medan juang bahu-membahu dengan para pemuda untuk
mewujudkan adicita rakyat Indonesia dalam menegakkan
dan mandegani Negara Kesatuan
Republik Indonesia selama-lamanya.
Dari pembukaan Anggaran Dasar
Gerakan Pramuka tersebut dapat kita ketahui bahwa nama dari golongan Pramuka
sendiri diambil atau merupakan kiasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pramuka Indonesia sendiri lebih
mengedepankan pendidikan berkarakter yang berwawasan kebangsaan guna menanamkan
rasa nasionalisme terhadap NKRI melalui pendidikan non-formal.
Tantangan Gerakan Pramuka di Era
Modernisasi
Pada perkembangan sekarang ini,
Gerakan Pramuka menurun dalam pandangan masyarakat, karena hanya dipandang
sebagai kegiatan anak-anak sekolah yang merupakan ekstrakurikuler belaka.
Bahkan dianggap kegiatan seperti anak kecil yang hanya tepuk-tepuk dan bernyanyi,
bermain tali maupun tongkat, menggunakan sandi. Pemuda-pemudi sekarang pun
kebanyakan juga kurang berminat atau pun tertarik kepada Pramuka. Gerakan
Pramuka dianggap kegiatan yang kuno dan tidak mau berkembang. Hal ini merupakan
pekerjaan rumah dan tantangan bagi kita para anggota Pramuka dalam berkegiatan
yang juga harus mengikuti perkembangan zaman. Bukan zaman yang mengikuti
Pramuka, namun Pramuka yang mengikuti perkembangan zaman. Kalau kita
analogikan, Pramuka tidak harus seperti yang dahulu, namun juga tidak
menghilangkan yang dahulu dan selalu mengikuti perkembangan zaman.
Menurut
Fasli, untuk menarik perhatian, sudah saatnya Pramuka mempunyai menu dan variasi
baru dalam setiap program-programnya. Jika pada saat yang lalu Pramuka begitu digandrungi
karena menjadi satu-satunya wadah bagi para pelajar yang gemar dan ingin melakukan
kegiatan "outdoor".Tidak demikian halnya dengan saat ini, di mana banyak
bertumbuhan "provider" baru yang menyajikan kegiatan dalam
program-program Pramuka dengan lebih segar dan lebih canggih. "Menu yang
lama mungkin tidak pas lagi, maka Pramuka harus lebih bervariasi. Seperti
outbound, dulu Pramuka adalah wadah satu-satunya, tapi sekarang tidak,"
ujarnya (Kompas.com).
Dengan
mengikuti perkembangan zaman, diharapkan Gerakan Pramuka mampu membawa
perubahan dan dapat mengembangkan kegiatan secara meluas, serta menjadi kuat
dan memperoleh tanggapan luas dari masyarakat. Dengan demikian, kita sebagai
generasi Pramuka masa kini harus lebih kreatif dalam berkegiatan kepramukaan.
Tidak hanya sempit pemikiran tentang apa yang dahulu Pramuka lakukan, namun
lebih mengembangkan kegiatan yang bersifat kreatif, inovatif yang dapat menjadi
daya tarik bagi generasi muda. Sehingga Gerakan Pramuka dapat menjadi salah
satu benteng penting dalam menjaga nilai-nilai kepribadian Indonesia.
Seperti
yang dikatakan Bung Karno ketika penyerahan Panji Gerakan Pramuka, “Berusahalah
sehebat-sebatnya untuk mengembangkan dan meluaskan Gerakan kita, sampai pada
suatu ketika, setiap anak dan pemuda serta pemudi kita, baik yang mahasiswa di
kota maupun yang penggembala kerbau di desa, dengan rasa bangga dan terhormat
dapat menyatakan Aku Pramuka Indonesia”.
Daftar Rujukan
Anggaran Dasar Gerakan Pramuka Tahun 2009.
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011. Urgensi Pendidikan Berkarakter Di Indonesia: Revitalisasi Pendidikan
Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan Bangsa. Jogjakarta:
Ar-ruzz Media.
Genderang. Edisi April, 2011. Peran Gerakan
Pramuka Untuk Bangsa, halaman 27.
Keppres No. 238 Tahun 1961.
Kompas.com. Pramuka
Harus Tampil dengan "Menu" Baru. 14 Agustus 2011.
Salamm, Alfitra. 2011. Reposisi dan Revitalisasi Gerakan Pramuka. Makalah disajikan dalam
Sosialisasi UU. No. 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, Universitas Negeri
Semarang, Semarang, 26 Maret 2011.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2010 Tentang Gerakan Pramuka.
[1]
Mahasiswa Jurusan Sejarah Angkatan 2009, Dewan Koordinator Penelitian,
Pengembangan, dan Pustaka UKM Pramuka UM 2011. Disampaikan pada Orientasi
Pramuka Pandega Universitas Negeri Malang, Oktober 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar