PENDIDIKAN PERDAMAIAN INTERNASIONAL GERAKAN PRAMUKA IKIP MALANG:
PRAMUKA SEBAGAI METODE PENGAJARAN PEMAHAMAN, PERDAMAIAN DAN KERJASAMA ANTAR
BANGSA 1988-1991[1]
Rendy Wahyu Satriyo Putro[2]
Abstrak : Pendidikan Damai oleh UNESCO mulai dimunculkan pada
tahun 1989 dan pada tahun-tahun sebelum itu UNESCO sudah memulai menyebarkan
berbagai penelitian ke berbagai negara khususnya negara-negara ASEAN. Di
Indonesia, Pendidikan Pramuka terpilih menjadi salah satu model pembelajaran
Pendidikan Damai. IKIP Malang ditunjuk sebagai pelaksana dan Pramuka IKIP
Malang sebagai peneliti lapangan, dengan menggunakan Pramuka sebagai metode
pengajaran pemahaman, perdamaian, dan kerjasama antar bangsa.
Kata Kunci : Lomba, Perdamaian, Internasional,
Gerakan Pramuka IKIP Malang, Pengajaran, Pemahaman, Kerjasama, Antar Bangsa.
Pendahuluan
Menurut Keputusan Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 045 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengorganisasian
Gerakan Pramuka, Misi Kepramukaan adalah turut menyumbang pada pendidikan kaum
muda, melalui suatu sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka,
guna membantu membangun dunia yang lebih baik, di mana orang-orangnya adalah
pribadi yang dirinya telah berkembang sepenuhnya dan memainkan peran
konstruktif di dalam masyarakat. Hal ini dicapai dengan melibatkan kaum muda
dalam proses pendidikan nonformal selama tahun-tahun pembentukan
kepribadiannya, menggunakan metode khusus yang membuat masing-masing pribadi
menjadi penggerak utama dalam pengembangan dirinya sendiri, untuk menjadi orang
yang mandiri, siap membantu sesamanya, bertanggungjawab dan merasa terpanggil,
membantu mereka dalam membentuk suatu sistem nilai yang didasarkan pada
asas-asas spiritual, sosial dan personal, sebagaimana dinyatakan dalam Satya
dan Darma Pramuka.
Menurut Keputusan Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 045 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengorganisasian
Gerakan Pramuka, Gugusdepan (Gudep) tempat penyelenggaraan kepramukaan yang
pokok dan utama adalah di Gudep, yang
sekaligus merupakan pangkalan keanggotaan dan satuan induk bagi anggota
peserta didiknya. Anggota putera dan anggota puteri dihimpun dalam Gudep yang
terpisah, masing-masing merupakan Gudep yang berdiri sendiri. Dalam Gudep,
peserta didik dihimpun dalam satuan-satuan, sesuai dengan kelompok umurnya,
sebagai berikut:
1. Perindukan
Siaga, bagi peserta didik usia 7-10 tahun,
2. Pasukan Penggalang, bagi peserta didik usia
11-15 tahun,
3. Ambalan Penegak, bagi peserta didik usia
16-20 tahun, dan
4. Racana Pandega, bagi peserta didik usia
21-25 tahun.
Di Perguruan Tinggi kebanyakkan dimasukkan pada
kelompok satuan Racana Pandega, walau secara umur belum waktunya sebagai Racana
Pandega. Perguruan Tinggi memiliki peran yang sangat penting, karena dalam
pengelompokan usia, Gerakan Pramuka Perguruan Tinggi adalah kelompok umur yang
paling tua dan di dalamnya berbeda dengan tingkatan-tingkatan di bawahnya.
Kegiatan Gerakan Pramuka Perguruan Tinggi lebih pada pengorganisasian dan
pengabdian serta pemberdayaan masyarakat.
Sesuai dengan Keputusan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor : IV/ MPR/ 78, tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara, bahwa Gerakan Pramuka merupakan salah satu wadah pembinaan generasi
muda yang perlu dikembangkan, maka telah diusahakan adanya Gugusdepan Pramuka
yang berpangkalan di kampus Perguruan Tinggi dengan keputusan Kwartir Nasional
Nomor : 054 tahun 1982, yang memberi kesempatan kepada para remaja, pemuda, dan
mahasiswa di dalam dan di sekeliling kampus yang bersedia dan berminat untuk
mengikuti kegiatan kepramukaan. Pembinaan dan Pengembangan Gugusdepan Pramuka
yang berpangkalan di Kampus Perguruan Tinggi, merupakan realisasi tujuan
pendidikan nasional, yang menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa, termasuk di dalamnya menghasilkan
sarjana yang sujana yang mengabdikan dirinya sebagai pembina di Tanah Air
Indonesia. Pembinaan dan Pengembangan Gugusdepan Pramuka yang berpangkalan di
Kampus Perguruan Tinggi merupakan pula realisasi tujuan Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan ilmiah mempunyai
potensi yang menguntungkan dalam pembinaan dan pengembangan Gugusdepan Pramuka
yang berpangkalan di Kampus Perguruan Tinggi, antara lain dengan banyaknya
mahasiswa yang pernah menjadi anggota Gerakan Pramuka dan adanya minat kalangan
mahasiswa pada kegiatan kepramukaan. Di dalam perguruan tinggi terdapat
unit-unit kegiatan yang menampung minat, bakat, dan penalaran para mahasiswa,
sehingga kegiatan kepramukaan di Kampus Perguruan Tinggi memperoleh wadahnya
sebagai salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (Keputusan Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor 086 Tahun 1987).
Gerakan Pramuka IKIP Malang merupakan bentuk
dari realisasi dari berbagai kebijakan dari Kwartir Nasional, khususnya tentang
pelaksanaan pembinaan dan pengembangan Gugusdepan Pramuka yang berpangkalan di
kampus perguruan tinggi. Berdirinya Gerakan Pramuka IKIP mendahului dari Keputusan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 086 Tahun 1987 tentang Gugusdepan
Pramuka yang Berpengkalan di Kampus Perguruan Tinggi, karena Gerakan Pramuka
IKIP Malang telah berdiri tujuh tahun sebelum Keputusan Kwartir Nasional
tersebut berlaku. Menurut Keputusan Rektor Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang Nomor: Sp. 141/R/1/80 Tentang Pembentukan Gugus Depan Pramuka
IKIP Malang, Gerakan Pramuka IKIP Malang diresmikan berlaku mulai tanggal 20
Mei 1980.
Dalam perjalanannya kemudian, Gerakan Pramuka
IKIP Malang banyak membuat kegiatan yang berbasis kepada Tri Darma Perguruan
Tinggi, yaitu kegiatan dalam bidang pendidikan, kegiatan dalam bidang
penelitian, kegiatan
dalam bidang pelayanan masyarakat. Pada tahun 1988-1991 Gerakan Pramuka IKIP
Malang salah satunya mengadakan kegiatan yang mengacu pada Pendidikan Damai.
Kegiatan tersebut jika dikaji dengan Tri Darma Perguruan Tinggi, mencakup tiga
kegiatan tersebut, karena kegiatan ini dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan dari tahun 1988 hingga 1991 yang diawali dengan penelitian dalam
bidang Pendidikan Damai melalui kegiatan Kepramukaan dan pengabdian masyarakat
dengan sosialisasi hasil penelitian Pendidikan Damai melalui siswa SD dan SMP
usia Pramuka Penggalang.
Dari penelitian sebelumnya adalah skripsi dari
Alim Harun Pamungkas Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP UM tahun 2006 yang
berjudul “Proses Pembelajaran Pada KMD Witaraga 165 di Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Kota Malang”, KMD ini diselenggarakan oleh kerjasama antara Gerakan
Pramuka Pangkalan Universitas Negeri Malang dengan Kwartir Cabang Kota Malang.
Dalam skripsi ini intinya adalah meneliti tentang pembelajaran, metode, dan
media pada pendidikan Kepramukaan.
Sedangkan pada tahun 2011, skripsi dari Jurusan
Sejarah FIS UM membahas tentang Kepanduan di Hindia Belanda oleh Andrik
Suprianto dengan judul “Peranan
Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dalam Perkemahan Kepandoean Indonesia Oemoem
(PERKINO) tahun 1941”, dalam skripsi ini lebih membahas tentang cikal dari
Gerakan Pramuka Indonesia yang namanya masih Pandu dan masanya pun adalah masa
Hindia Belanda.
Dari
penelitian-penelitian sebelumnya tentang Gerakan Pramuka, belum ada penelitian
Gerakan Pramuka yang meneliti tentang Pendidikan Damai dalam Gerakan Pramuka
dan hubungan internasional tentang pemahaman, perdamaian, dan kerjasama antar
bangsa. Pendidikan Damai dalam Gerakan Pramuka perlu dikaji karena sekarang
dalam kurikulum Gerakan Pramuka atau dalam hal ini Syarat Kecakapan Umum (SKU)
kurang ada yang menanamkan pendidikan damai. Sedangkan Gerakan Pramuka di IKIP
Malang pada era akhir tahun 1980-an telah melakukan penelitian tentang
pendidikan damai pada Gerakan Pramuka usia penggalang SD maupun SMP. Sangat
menarik untuk dikaji tentang Pendidikan Damai dalam Gerakan Pramuka, karena
Gerakan Pramuka dalam sejarahnya adalah salah satu pelopor pendidikan damai
internasional, namun pada kenyataannya kurikulum Pendidikan Damai belum
dimasukkan pada kurikulum Gerakan Pramuka sampai saat ini. IKIP Malang sebagai
salah satu perguruan tinggi keguruan memiliki UKM Gerakan Pramuka yang Oleh karena itu, dalam penelitian ini dibahas
tentang pendidikan damai secara universal, latar belakang munculnya pendidikan
damai di IKIP Malang, Gerakan Pramuka IKIP Malang sebagai salah satu pelopor
Pendidikan Damai, Lomba Perdamaian Internasional Gerakan Pramuka IKIP Malang,
dan Tindak Lanjut Penelitian Pendidikan Damai Gerakan Pramuka IKIP Malang.
Pendidikan Damai
Pendidikan
damai termasuk salah satu fokus perhatian organisasi internasional UNESCO.
Organisasi internasional itu memberikan sejumlah karakteristik perdamaian: (1)
perdamaian itu dinamis; (2) perdamaian itu merupakan penyeleseian masalah yang
adil tanpa kekerasan; (3) perdamaian itu menghasilkan keseimbangan dalam
interaksi sosial sehingga manusia hidup dalam relasi yang harmonis; (4)
perdamaian itu baik untuk masyarakat; (5) bila ada kekerasan, tidak akan ada
perdamaian; (6) supaya ada keseimbangan dalam dinamika interaksi sosial,
perdamaian harus berdiri di atas keadilan dan kebebasan; (7) bila ada ketidakadilan
dan ketidakbebasan, tidak akan ada perdamaian (Suparno, 2008: 3).
Untuk
menyukseskan program pendidikan damai, UNESCO mengajukan sepuluh dasar budaya
damai sebagai berikut:
1.
Terpenuhinya kebutuhan
dasar, termasuk kebutuhan material, politis, sosial, hukum, dan lain
sebagainya.
2.
Pendidikan bagi perubahan
untuk meningkatkan nilai-nilai yang menuntun tindak manusia sehari-hari.
3.
Terbebas dari mitos-mitos
yang menyebabkan manusia menghindari tanggung jawab.
4.
Demiliterisasi pertahanan:
konflik tidak harus diseleseikan dengan kekuatan militer.
5.
Demistifikasi atas ancaman:
pihak lain dipahami sebagai bukan musuh.
6.
Feminisasi budaya: ditandai
oleh otoritas sosial yang didominasi pria.
7.
Ketidakpatuhan sebagai
kebajikan: kesadaran kritis untuk menyeleseikan konflik.
8.
Menghargai identitas
kultural, menghilangkan kebijakan imperialisme dan kolonialisme, dan
menghindari kecenderungan yang memaksakan terbentuknya sebuah budaya semesta.
9.
Mengatasi logika polarisasi
blok, menerima dunia yang plural, dan membangun toleransi.
10. Memberdayakan yang kecil (Suparno, 2008: 3).
Di samping
mengajukan sepuluh budaya damai tersebut, UNESCO juga berikrar damai dengan
butir-butir ikrar berikut:
1.
Menghargai semua kehidupan,
tidak ada diskriminasi dan prasangka.
2.
Menolak kekerasan dalam
bentuk fisik, seksual, kejiwaan, ekonomi, sosial, dan melindungi yang lemah.
3.
Berbagi dengan yang lain.
4.
Mendengar untuk memahami:
membela kebebasan berekspresi dan keragaman budaya dan terbuka untuk berdialog.
5.
Melestarikan planet:
menjaga kelestarian kehidupan alam.
6.
Menemukan solidaritas
(Suparno, 2008: 3-4).
Pendidikan
damai menjadi sarana bagi kegiatan PBB untuk memelihara perdamaian dunia. Dalam
pengertian ini pendidikan damai merupakan bagian dari misi PBB, yang melalui
proses humanistik pendidikan dan pengajaran, para pendidik bertindak selaku
fasilitator pengembangn umat manusia. Dalam posisi tersebut, pada awalnya para
pendidik membatasi diri pada upaya mencegah kemiskinan, menghilangkan rasa
curiga, diskriminasi, perkosaan, kekerasan, dan peperangan. Pada tingkatan awal
itu para pendidik mencoba berusaha mencegah kemusnahan karena peperangan,
tetapi kini para pendidik makin terlibat pada upaya membangun budaya damai yang
lebih luas dan kompleks. Pada tatanan tersebut para pendidik dunia mulai
mengajarkan tata nilai, values, prinsip-prinsip lain yang tertuang dalam
Hak-hak Azasi Manusia, Konvensi Diskriminasi Terhadap Wanita, Konvensi tentang
Hak-hak Anak, dan Deklarasi Pendidikan Untuk Semua, serta keputusan PBB yang
terkait lainnya. Dalam konteks organisasi PBB, keseluruhan upaya itu biasanya
diramu bersama oleh UNICEF dan UNESCO (Suyono, 2008: 2).
Dalam upaya
besar itu, UNICEF dalam seri tentang pendidikan damai (Peace Education Serie, July 1999) memberikan arahan bahwa
pendidikan damai sebagai pendidikan sekolah
dimaksudkan untuk merangsang prakarsa atau kondisi sebagai berikut:
1.
Sebagai zona damai di mana
anak-anak dilindungi dari kekerasan akibat konflik.
2.
Di mana hak-hak dasar
anak-anak dijamin seperti dituangkan dalam CRC.
3.
Di mana dikembangkan
suasana damai dan tingkah laku saling hormat menghormati di antara sesama anak
didik dan para pengasuhnya.
4.
Di mana prinsip-prinsip
persamaan dan suasana bebas dari diskriminasi diterapkan dalam kebijaksanaan
dan praktek-praktek administratif pendidikan.
5.
Dianut praktek-praktek
damai dalam lingkungan komunitas dengan mengutamakan penyeleseian masalah
secara mufakat tanpa kekerasan.
6.
Menyeleseikan konflik
dengan menghargai hak-hak dan martabat yang bersangkutan.
7.
Sejauh memungkinkan
memadukan pengertian tentang damai, hak-hak azasi, keadilan sosial dan isu
global ke dalam kurikulum.
8.
Disediakan forum untuk
membahas nilai-nilai perdamaian dan keadilan sosial.
9.
Dipergunakan metode
mengajar yang merangsang partisipasi, pemecahan masalah dan menghargai
perbedaan.
10. Diberikan kesempatan kepada anak didik mempraktekkan
pengembangan damai pada lingkungan sekolah atau masyarakat yang lebih luas.
11. Diberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kemampuan
tentang isu perdamaian, keadilan sosial dan hak-hak azasi manusia (Suyono, 2008:
2).
Di pihak lain,
dalam hubungan ini, UNESCO lebih berkonsentrasi pada pengembangan promosi
tentang pendidikan damai, hak-hak azasi manusia dan demokrasi. Upaya
pengembangan budaya damai itu oleh UNESCO mulai dimunculkan pada tahun 1989.
Secara sistematis kemudian dikembangkan dalam penerbitan di tahun 1995 sebagai
buku UNESCO and a Culture of Peace (Suyono,
2008: 2).
Magnis-Suseno
(2008: 3) menjelaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang diakui oleh setiap
insan oleh setiap manusia dan setiap
umat beragama yang belum terdistorsi secara fundamentalis-ideologis:
Nilai-nilai itu misalnya: bahwa nyawa setiap orang adalah suci, bahwa orang
tidak boleh disiksa dan tidak boleh dirusak kehidupannya, bahwa kita jangan
menghina dan jangan menyakiti orang lain, bahwa perbedaan pendapat dan
kepentingan harus diseleseikan secara adil dan damai dan tidak memakai
kekerasan, bahwa setiap kelompok orang harus dihormati dalam identitasnya,
termasuk dalam apa yang diyakini sebagai benar (inti kebebasan beragama); bahwa
orang tidak boleh dipaksa melakukan sesuatu yang dianggapnya jahat (inti
kebebasan suara hati), bahwa jangan orang dibiarkan dalam kemiskinan dan dalam
penderitaan (solidaritas dengan kaum miskin tertindas), bahwa pluralitas
ekspresi kultural harus dihormati, toleransi
terhadap kekhasan orang/kelompok orang lain (selama mereka tidak
mengancam kita), bahwa bohong, penipuan, korupsi tidak pernah benar, bahwa
dalam kondisi apa pun kekejaman tidak dapat dibenarkan, bahwa orang harus
diperlakukan secara adil dan manusiawi tanpa membedakan menurut gender,
keyakinan agama dan politik, ras, ciri budaya dan kedudukan sosial.
Latar Belakang Munculnya Gagasan
Pendidikan Damai IKIP Malang
Menurut
penjelasan dari Prof. Drs. Bambang Yudi Cahyono, M. Pd., M.A., Ph. D., penggagas
kegiatan ini adalah bapak Syamsul Arifin yang pada waktu itu adalah Pembantu
Rektor 3 dan Bapak Sarjan Kadir yang merupakan Dosen PLS, sedangkan Bapak
Bambang Yudi Cahyono sebagai pembina Pramuka IKIP Malang. Pada
waktu itu beliau beserta tim membuat suatu usulan penelitian, kemudian usulan
penelitian itu disetujui oleh perwakilan Indonesia yang berada di UNESCO,
kemudian dari usulan penelitian itu beliau beserta tim mendapatkan dana untuk
melaksanakan action research mengenai
penggunaan Pramuka sebagai media untuk meningkatkan pemahaman, kerjasama dan
perdamaian internasional. Hasil penelitian kemudian dilaporan ke UNESCO dan
mendapat respon positif, karena selain penelitian itu berhasil meningkatkan
kesadaran siswa terhadap nilai-nilai internasional ini dalam bentuk pemahaman,
kerjasama dan perdamaian internasional. Pramuka memiliki sejarah panjang, pada
waktu dari ’61 sampai ’88 sudah sekitar 27 tahun. Dan itu Gerakan Pramukanya
itu sendiri struktural dari Presiden sampai anak SD ada, jadi rupanya mereka
tertarik.
Mereka
menunjuk IKIP Malang sebagai perwakilan yang menyelenggarakan seminar
internasional di bidang pendidikan perdamaian. Seminar itu kemudian dihadiri
oleh 10 negara, ASEAN yaitu Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand,
Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, Brunei Darussalam, ditambah satu tamu Amerika
Serikat dan satu tamu dari Perancis sebagai markas UNESCO. Dari situ beliau
bersama tim melaksanakan konferensi di Batu tepatnya di Hotel Purnama selama
dua atau tiga hari waktu itu. Perwakilan dari Indonesia sebagai pemateri dalam
seminar tersebut adalah Bapak Syamsul Arifin, Bapak Sarjan Kadir, dan Bapak
Bambang Yudi Cahyono yang merupakan perwakilan dari Pramuka IKIP Malang. Dan di
samping itu Pramuka IKIP Malang sendiri juga mengadakan suatu pameran, pameran
pendidikan perdamaian internasional bertempat di auditorium IKIP Malang yang
sekarang Sasana Budaya.
Kemudian
peserta seminar mengadakan kunjungan untuk melihat pameran perdamaian
internasional itu. Di dalam pameran itu dibuat beberapa kelompok, selain
pajangan-pajangan aksesoris seperti bendera, kemudian foto-foto internasional,
juga ada diskusi-diskusi mengenai pentingnya perdamaian internasional. Kemudian
juga ada demonstrasi mengenai pembelajaran anak-anak Pramuka yang memuat
nilai-nilai perdamaian internasional. Para pengunjung dan peserta seminar
melihat secara langsung foto-foto, mereka juga terkesan karena ternyata Pramuka
itu tidak hanya sebagai media pembinaan watak anak-anak Indonesia yang
tercermin dalam sikap, perbuatan maupun pikiran mereka, seperti tercantum dalam
Dasa Darma itu, misalnya Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia, itu semua
pembinaan watak dan dengan adanya hasil penelitian yang ditindaklanjuti dengan
pembinaan itu, kita jadi mengetahui bahwa pembinaan watak Pramuka itu bisa
dikembangkan lebih lanjut untuk menerima nilai-nilai pendidikan internasional
yang berprinsip pada pemahaman antar bangsa, kerjasama antar bangsa, kalau
sudah ada pemahaman, maka bisa kerjasama, kalau sudah ada kerjasama, maka akan
ada perdamaian. Tanpa pemahaman dan kerjasama internasional atau antar bangsa,
maka perdamaian akan sulit diwujudkan. Jadi kuncinya disitu aja, ketika
komponen ini disatukan menjadi satu disebut pendidikan antar bangsa atau
pendidikan internasional, yang bahasa Inggrisnya International Education yang versi panjangnya Education for Understanding Cooperation and Peace, pendidikan untuk
pemahaman, kerjasama dan perdamaian atau intenational education. Hasil penelitian itu juga diliput oleh media
massa dan Pramuka IKIP Malang juga mendapat sertifikat dari perwakilan UNESCO
mengenai pendidikan perdamaian internasional.
Gerakan Pramuka IKIP Malang sebagai Salah
Satu Pelopor Pendidikan Damai
Memasuki abad
ke XXI masalah Pemahaman, Perdamaian dan Kerjasama antar Bangsa dengan gencar
diupayakan oleh Lembaga-lembaga Sosial Dunia, dan juga Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Dalam waktu belakangan ini upaya tersebut belum menunjukkan
hasil yang diinginkan, terbukti masih banyaknya konflik-konflik antar bangsa
yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap bangsa lain, tipisnya
semangat kerjasama dan perdamaian antar bangsa.
Bangsa
Indonesia menyatakan diri untuk ikut serta menciptakan perdamaian dunia yang
abadi dan berkeadilan sosial. Oleh sebab itu kita sebagai anggota Gerakan
Pramuka yang ikut serta bertanggungjawab atas cita-cita bangsa tersebut harus
melakukan langkah-langkah sesuai dengan status, fungsi dan peran kita sendiri
dalam kehidupan berbangsa dalam ruang lingkup usaha Gerakan Pramuka.
Langkah yang
paling tepat untuk menanamkan sikap yang mau memahami, bekerjasama dan
mengembangkan perdamaian antar bangsa melalui media pendidikan. Gerakan Pramuka
sebagai wadah pembinaan generasi muda perlu mengembangkan kegiatannya untuk
menunjang upaya penanaman nilai-nilai tersebut.
Kegiatan
Kepramukaan yang didesain dalam bentuk tertentu dapat membantu usaha pengajaran
Pemahaman, Perdamaian dan Kerjasama antar Bangsa dan dapat dilaksanakan dalam
beberapa variasi kegiatan sehingga anak didik tetap antusias dan melaksanakan
kegiatan tersebut dengan penuh kegembiraan.
Prosedur
penyampaian pesan Pemahaman, Perdamaian, dan Kerjasama antar Bangsa sangat
cocok melalui kegiatan Kepramukaan yang memiliki prinsip dasar dan metodik
tersendiri. Siswa yang mengikuti kegiatan Pramuka memiliki sikap lebih positif
terhadap Pemahaman, Perdamaian dan Kerjasama antar Bangsa baik di sekolah yang
berada di pusat Kota Malang maupun yang berada di pinggiran Kota Malang (Hasil
Riset Tim IKIP Malang). Kegiatan Pramuka harus dikembangkan sesuai dengan
kepentingan Nasional dan situasi dunia.
Tim Risset
IKIP Malang bersama Pramuka IKIP Malang melaksanakan penelitian tentang
Efektifitas Kegiatan Kepramukaan Dalam Membantu Pengajaran Pemahaman, Kerjasama
dan Perdamaian antar Bangsa di Gudep Binaan. Untuk experimen setiap Gudep
binaan diminta untuk mengirimkan adik didiknya. Kemudian Pramuka IKIP Malang
mengadakan seminar tentang pendidikan damai yang akhirnya Pramuka IKIP Malang
mendapatkan sertifikat dari UNESCO tentang pendidikan damai.
Lomba Perdamaian Internasional Gerakan
Pramuka IKIP Malang
Gugusdepan
Malang Kodya 271-272 Pangkalan IKIP Malang dalam perjalanan sejarahnya telah
melaksanakan penelitian-penelitian tentang Pramuka sebagai metode pengajaran
pemahaman, perdamaian dan kerjasama antar bangsa dalam kaitannya dengan hak
asasi manusia bagi Pramuka Penggalang SD di wilayah Kota Madya Malang, yang
mana dalam hal ini telah mendapatkan tanggapan positif baik dari Kwartir
Nasional maupun para delegasi seminar Sub-Regional Asia Pasific.
Oleh karena itu
sudah menjadi kewajiban untuk mengembangkan hal tersebut ke wilayah yang lebih
luas dengan sasaran utama para pemuda dan anak-anak dengan tujuan menanamkan
sikap perdamaian dan saling menghormati hak-hak asasi manusia.
Sebagai
langkah awal dari pengembangan itu telah dilaksanakan Sarasehan dan Training
kegiatan Pramuka sebagai metode pengajaran pemahaman, perdamaian dan kerjasama
antar bangsa bagi pembina Pramuka Penggalang SD-SMTP se-wilayah Kwartir Cabang
Kodya Malang dan Kabupaten Malang pada tahun 1989. Dari kegiatan itu telah
disepakati bersama perlu diadakan lomba perdamaian antar bangsa bagi Pramuka
Penggalang SD-SMTP adik didiknya. Lomba Perdamaian Internasional diikuti oleh
18 Gudep yang berasal dari Kwarcab Kodya dan Kabupaten Malang.
Tujuan:
1.
Meningkatkan wawasan
Pramuka Penggalang SD-SMTP terhadap pemahaman, perdamaian dan kerjasama antar
bangsa.
2.
Meningkatkan mutu kegiatan
Kepramukaan di kalangan Pramuka Penggalang.
3.
Menjalin kerjasama antar
Pramuka Penggalang SD-SMTP se-Kodya Malang dan Kabupaten Malang.
4.
Mendapatkan umpan balik
dari Pramuka Penggalang SD-SMTP tentang perdamaian antar bangsa.
Peserta Lomba
Perdamaian Antar Bangsa adalah Pramuka Penggalang SD-SMTP se-Kwartir Cabang
Kodya dan Kabupaten Malang yang telah mendaftarkan diri pada panitia. Kegiatan
Lomba Perdamaian Antar Bangsa ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 12
Maret 1989 di Kampus IKIP Malang. Materi lomba yaitu Roll Playing (Bermain
Peran), pembuatan kliping, mengarang untuk SMP, karikatur untuk SD, cepat tepat,
tes tulis, dan permainan.
Materi Roll
Playing dengan judul bebas sesuai dengan perkembangan dunia baru dengan topik
pemahaman yaitu komentar, sikap, tanggapan tentang budaya, politik, sosial dan
perilaku suatu negara; topik perdamaian
yaitu sidang, konferensi, perundingan, dan atau bentuk lain dalam usaha-usaha
perdamaian dunia; dan topik kerjasama yaitu
sidang, konferensi, perundingan, dan atau bentuk lain yang mengarah pada
kerjasama suatu negara lain. Misal: kerjasama ekonomi, perdagangan, olah raga,
pertukaran pemuda dan atau yang lain.
Dalam
pembuatan Kliping, peserta diminta membuat sebuah kliping berupa gambar dengan
ketentuan mencakup tiga aspek yaitu
pemahaman, perdamaian, dan kerjasama antar bangsa. Setiap gambar dalam kliping
hendaknya diberikan komentar singkat satu kalimat. Misal: gambar nuklir,
diberikan komentar “Untuk apakah aku dihadirkan?”.
Lomba
Mengarang (Untuk SMP) dengan tema: Pemahaman, perdamaian dan kerjasama antar
bangsa. Judul bebas sesuai dengan perkembangan dunia baru. Dan Karikatur (Untuk
SD) dengan tema: Pemahaman, perdamaian dan kerjasama antar bangsa. Judul bebas
sesuai dengan perkembangan dunia baru.
Lomba Cepat
Tepat dengan materi yaitu pemahaman, perdamaian dan kerjasama antar bangsa,
yaitu tokoh-tokoh perdamaian dunia, peristiwa-peristiwa yang hangat dibicarakan
dunia internasional, hubungan antara UDHR (Universal Declaration of Human
Right), Pancasila dan Dasa Darma. Tes Tulis dengan materi yaitu pemahaman,
perdamaian dan kerjasama antar bangsa, yaitu tokoh-tokoh perdamaian dunia,
peristiwa-peristiwa yang hangat dibicarakan dunia internasional, hubungan
antara UDHR (Universal Declaration of Human Right), Pancasila dan Dasa Darma.
Dan yang terakhir adalah Permaian dengan tema pemahaman, perdamaian dan
kerjasama antar bangsa.
Tindak Lanjut Penelitian Pendidikan Damai
Gerakan Pramuka IKIP Malang
Tindak
lanjut dari kegiatan penelitian Pendidikan Damai tersebut adalah Sarasehan
Pembina Pramuka yang diikuti oleh 100 pembina dan undangan yang berasal dari
Kwartir Cabang Kodya dan Kabupaten Malang serta Pelatihan Kegiatan Kepramukaan
sebagai Metode Pengajaran Pemahaman, Perdamaian dan Kerjasama antar Bangsa bagi
Pembina Pramuka yang diikuti oleh 74 pembina yang berasal dari Kwarcab Kodya
dan Kabupaten Malang. Selain itu juga menawarkan ke berbagai Kwarcab lain
selain Malang, salah satunya adalah Kwarcab Kodya Blitar.
Penutup
Pendidikan
damai termasuk salah satu fokus perhatian organisasi internasional UNESCO. Pada
tahun 1987an, UNESCO memberikan sayembara tentang model pendidikan damai dan di
Indonesia Pramuka menjadi model pendidikan damai tersebut. Perguruan Tinggi
yang ditunjuk adalah IKIP Malang pada waktu itu, dan menjadikan Pramuka sebagai
objek penelitian. Pramuka IKIP Malang yang mendapat tugas ke lapangan untuk mencari
sampel kepada adik-adik didik di gugusdepan binaan masing-masing. Dari hasil
penelitian tersebut, mendapatkan hasil yang positif dalam peningkatan
pemahaman, perdamaian dan kerjasama intenasional, selain itu juga mendapat
respon baik dari UNESCO. Kegiatan pendidikan damai tersebut terus dikembangkan
juga melalui perlombaan adik didik Pramuka, training dan sarasehan tentang
pendidikan damai kepada pembina-pembina Pramuka.
DAFTAR RUJUKAN
Keputusan Ketua Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka Nomor 045 Tahun 2003 tentang Pokok-pokok Pengorganisasian Gerakan
Pramuka.
Magnis, Franz dan Suseno SJ. 2008. Mendidik Bangsa Untuk Mau Berdamai: Agar Negara Kita Betul-betul
Bersatu. Disajikan dalam Seminar Nasional dan Diskusi Panel Pendidikan
Damai, Universitas Negeri Malang, Malang, 22 Desember 2008.
Suparno. 2008. Sambutan
Rektor. Disajikan dalam Seminar Nasional dan Diskusi Panel Pendidikan
Damai, Universitas Negeri Malang, Malang, 22 Desember 2008.
Suyono, Haryono. 2008. Pendidikan
Damai Dalam Prospektif MDGs. Disajikan dalam Seminar Nasional dan Diskusi
Panel Pendidikan Damai, Universitas Negeri Malang, Malang, 22 Desember 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar